Harga Minyak Naik ke USD 74,9 per Barel, Diprediksi Meroket jadi USD 100 di 2022
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 22 Juni 2021 10:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak jenis Brent untuk pengiriman bulan Agustus melejit ke Level US$ 74,9 per barel. Adapun harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli naik US$ 2,02 atau 2,8 persen menjadi US$ 73,66 per barel.
Kenaikan harga minyak dunia pada akhir perdagangan Senin waktu Amerika Serikat (AS), 21 Juni 2021, memperpanjang kenaikan pada pekan sebelumnya. Lonjakan harga komoditas itu didorong pelemahan dolar AS dan jeda dalam pembicaraan untuk mengakhiri sanksi AS terhadap minyak mentah Iran.
Kedua harga acuan telah meningkat selama empat pekan terakhir karena optimisme atas laju vaksinasi Covid-19 global dan perkiraan peningkatan dalam perjalanan musim panas. Penguatan ini pun telah mendorong premi spot untuk minyak mentah di Asia dan Eropa ke level tertinggi beberapa bulan.
Sebelumnya, Bank of America memperkirakan harga minyak jenis Brent akan mencapai rata-rata US$ 68 per barel pada tahun ini. Harga komoditas itu juga diprediksi bakal melonjak hingga menjadi US$ 100 per barel pada tahun depan karena permintaan yang terpendam dan penggunaan mobil pribadi yang lebih banyak.
Adapun reli Harga minyak didorong oleh dolar AS yang lebih lemah berpotensi mengirim investor spekulatif ke aset berdenominasi greenback seperti sejumlah komoditas. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,36 persen menjadi 91,894 pada akhir perdagangan Senin kemarin, 21 Juni 2021.
<!--more-->
Bila dilihat secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS. Negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran sebelumnya terhenti pada Ahad pekan lalu, 20 Juni 2021 setelah hakim garis keras Ebrahim Raisi memenangkan pemilihan presiden negara itu.
"Pemilihan seorang garis keras di Iran membebani pasar karena sanksi tampaknya tidak akan dicabut," kata Bob Yawger, direktur Energi Berjangka di Mizuho di New York.
Dengan kesepakatan itu, Iran dapat mengekspor tambahan 1 juta barel per hari, atau 1 persen dari pasokan global, selama lebih dari enam bulan dari fasilitas penyimpanannya. Pejabat Iran dan Barat mengatakan kemenangan Raisi tidak mungkin mengubah posisi negosiasi Iran.
Dua diplomat itu berharap istirahat perundingan sekitar 10 hari. Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi pada Senin kemarin mendukung pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 namun tegas menolak pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, sekalipun jika Washington menghapus semua sanksi.
Harga minyak juga telah mendapat dukungan dari perkiraan pertumbuhan terbatas dalam produksi minyak AS. Hal ini memberikan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) lebih banyak kekuatan untuk mengelola pasar dalam jangka pendek sebelum potensi kenaikan kuat dalam produksi minyak serpih AS pada 2022.
Baca: Deposito 20,1 Miliar Raib, YLKI Sebut Klaim BNI soal Bilyet Palsu Tak Masuk Akal