Sri Mulyani Sebut Capital Outflow saat Pandemi Lebih Panjang dari Krisis Global
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 14 Juni 2021 20:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membandingkan arus modal keluar atau capital outflow dari Indonesia yang terjadi pada ketika pandemi Covid-19 dengan saat krisis finansial global pada tahun 2007-2008 silam.
“Kita lihat capital outflow di masa pandemi lebih panjang pada periode krisis sebelumnya,” kata Sri Mulyani pada rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 14 Juni 2021.
Ia menjelaskan pandemi Covid-19 memberikan efek berkelanjutan. Kondisi saat ini tidak seperti saat global financial crisis pada tahun 2007-2008.
Hal ini terlihat ketika krisis keuangan global berakhir, keuangan dunia segera kembali normal. Sementara pandemi Covid-19, capital outflow butuh waktu lebih lama untuk kembali ke negara berkembang.
“Periode saat global financial crisis, aliran modal asing kembali ke negara emerging pada bulan ke-6. Sedang pada periode Covid-19, capital flow belum kembali meski memasuki bulan ke-15,” ucap Sri Mulyani.
Lalu apa dampaknya bila capital outflow tak juga kembali ke negara berkembang?
Sri Mulyani menuturkan negara tersebut tidak akan mendapat efek positif dari celah tabungan investasi (saving investment gap).
Sebelumnya ia menyebutkan capital outflow yang terjadi belakangan ini secara tidak langsung dipicu oleh kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, inflasi AS kemudian direspons dengan kebijakan menaikkan suku bunga dan umumnya berdampak pada capital outflow pada negara berkembang atau emerging market.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat telah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp 115,8 triliun per 8 Juni 2021.
Pembelian SBN tersebut terdiri dari Rp 40,41 triliun melalui lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui lelang tambahan (GSO). “Untuk di Indonesia kita masih terjaga. SBN (surat berharga negara) kita terkoreksi tapi jauh lebih kecil dari kondisi US Treausry dan tekanan yang terjadi akibat capital outflow,” ucap Sri Mulyani.
BISNIS
Baca: PPKM Mikro Diperpanjang, Zona Merah Covid-19 Harus Terapkan WFH 75 Persen