PPKM Mikro Diperpanjang, Zona Merah Covid-19 Harus Terapkan WFH 75 Persen
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 14 Juni 2021 20:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro diperpanjang yakni mulai besok, Selasa 15 Juni hingga 28 Juni 2021. Pada perpanjangan PPKM Mikro tahap sepuluh ini, daerah dengan status zona merah Covid-19 harus menyelenggarakan kegiatan bekerja dari rumah (WFH) hingga 75 persen.
"Untuk daerah yang berzona oranye dan kuning, WFH dan WFO-nya 50 persen,” kata Airlangga dalam konferensi pers, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 14 Juni 2021.
Khusus untuk penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah, kata Airlangga, kecamatan berzona merah tetap menerapkan skema belajar-mengajar via daring atau pembelajaran jarak jauh.
Sementara kegiatan operasional di tempat umum seperti mal dan restoran diminta berhenti pada pukul 21.00 dengan kapasitas maksimal 50 persen. “Khusus di tempat-tempat ibadah, untuk di daerah (zona) merah itu juga beribadah dari rumah,” ucap Airlangga.
Adapun, daerah-daerah berstatus zona merah antara lain Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Jawa Timur. Dua daerah tersebut tercatat mengalami lonjakan tajam kasus postitif Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kasus positif Covid-19 setelah libur Lebaran harus diwaspadai. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini bisa terancam jika kenaikan kasus tidak bisa ditekan.
<!--more-->
Pemerintah sebelumnya memperkirakan ekonomi pada kuartal II/2021 berkisar antara 7,1 persen sampai 8,3 persen. Melonjaknya kasus Covid-19 menjadi kewaspadaan untuk mencapai pertumbuhan mencapai angka maksimum.
Satgas Covid-19 telah mencatat 22 provinsi di Indonesia mengalami kenaikan kasus selama seminggu terakhir. “Kita masih berharap di range 7,1 persen sampai 8,3 persen masih bisa terjaga. Karena komponen triwulan II/2021 terutama April sangat kuat baik karena koreksi tahun lalu yang base terendah maupun lebaran,” kata Sri Mulyani.
Kedua hal tersebut, menurut dia, memberikan dukungan yang sangat bagus. Oleh karena itu, dia optimistis pemulihan ekonomi terjadi sangat kuat pada kuartal II/2021. “Namun Covid-19 yang terjadi pada minggu kedua Juni akan memengaruhi proyeksi. Jadi kalau Covid-19 bisa menurun, kita bisa berharap. Tapi kalau untuk menurunkan Covid-19 kita harus lakukan pembatasan, maka proyeksi ekonomi akan terkoreksi."
Secara keseluruhan, Sri Mulyani masih yakin pemulihan ekonomi khusunya pada triwulan II/2021 masih berlanjut. Tren positif tersebut terlihat dari realisasi konsumsi dan aktivitas masyarakat pada kuartal I/2021 yang bergerak positif.
Menurut dia, Lebaran memberi dampak positif dan negatif. Indeks frekuensi belanja dan indeks nilai belanja naik pada momen tersebut. Di sisi lain penyebaran pandemi naik setelahnya.
“Ini (penyebaran Covid-19) yang sedang kita harus terus waspadai momentum pemulihan di triwulan II/2021 yang akan tetap terjaga meski kita menghadapi tantangan yang cukup sulit yaitu pada bulan Juni,” ucap Sri Mulyani.
BISNIS
Baca: Bali Sambut Turis Asing, Sandiaga Uno: Vaksinasi Warga Kuta Sudah 92,7 Persen