Harga Batu Bara Meroket ke USD 126 per Ton, Tembus Rekor Tertinggi Sejak 2011
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 12 Juni 2021 10:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga batu bara global meroket hingga mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Kenaikan harga komoditas itu seiring dengan banyaknya katalis positif.
Data Bloomberg menunjukkan, harga batu bara Newcastle kontrak teraktif di bursa ICE pada penutupan perdagangan Kamis, 10 Juni 2021, naik 1,85 persen. Saat itu harga naik menjadi US$ 126 per ton atau level tertinggi batu bara sejak 2011. Adapun sepanjang tahun berjalan 2021, harga batu bara global naik 54,74 persen.
Analis Aldiracita Sekuritas Timothy Gracianov menyebutkan saat ini banyak sentimen di pasar yang mendukung kenaikan harga batu bara. Salah satunya adalah gangguan suplai batu bara di Cina terutama bagian utara akibat hujan deras dan banjir memasuki musim monson yang lebih ekstrim dari perkiraan pasar.
“Di sisi lain, permintaan mulai meningkat untuk restock musim panas di mana konsumsi listrik rumah tangga untuk pendingin meningkat, sehingga sentimen mengerek harga batu bara global,” ujar Timothy, Jumat, 11 Juni 2021.
Selain itu, India menunda lelang blok batu baranya yang berpotensi memproduksi sekitar 250 juta ton. Padahal, blok batu bara itu awalnya direncanakan selesai 2022 atau 2023.
Sentimen itu memperparah prospek pasokan dunia yang sudah dalam tekanan sejak 2020. India juga yang menyerap sebagian besar dari kelebihan batu bara di Australia sejak November tahun lalu, di mana Cina menghentikan impor batu bara dari Australia.
Bukan hanya itu, terjadi kebakaran pada turbin pembangkit listrik tenaga nuklir Shin-Kori 4 yang berkapasitas 1,4 juta kilowatt di Korea Selatan sehingga harus berhenti beroperasi selama satu bulan. Walhasil negara mengkonsumsi pembangkit tenaga lainnya seperti batu bara sehingga meningkatkan permintaan di saat banyak gangguan pasokan di dunia.
BISNIS
Baca: 12 Proyek PLTU Batu Bara Batal Dibangun, Apa Sebabnya?