Harga Emas Dunia Terus Meroket, Incar Level Psikologis Baru USD 2.000

Selasa, 1 Juni 2021 12:29 WIB

Batangan emas murni 99,99 persen di pabrik logam mulia Krastvetmet, di kota Krasnoyarsk, Siberia, Rusia, 22 September 2017. Pabrik ini merupakan salah satu produsen terbesar logam mulia terbesar di dunia. REUTERS/Ilya Naymushin

TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas dunia menguat pada perdagangan terakhir Senin (Selasa pagi WIB) dan mengincar level psikologis baru US$ 2.000 per troy ounce. Reli harga komoditas tersebut diperkirakan bakal mencapai kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2020.

Penguatan harga emas terjadi saat greenback menuju penurunan bulan kedua sementara meningkatnya tekanan inflasi juga mengangkat daya tarik emas. Emas spot naik 0,3 persen menjadi diperdagangkan di US$ 1.907,90 per ounce pada pukul 05.38 GMT. Adapun harga spot telah naik hampir 7,9 persen sepanjang bulan ini.

Sedangkan emas berjangka di divisi Comex New York Mercantile Exchange untuk penyerahan Agustus naik 0,22 persen menjadi US$ 1.909,50 per ounce. Tidak ada harga penyelesaian karena sebagian besar pasar di Amerika Serikat dan Inggris tutup pada Senin, 31 Mei 2021, untuk hari libur umum.

Managing Partner di SPI Asset Management, Stephen Innes, menyatakan penguatan emas terimbas oleh melamahnya kurs dolar AS. "Dolar tetap melemah, itu cukup mendukung. Emas bullish sekarang mengincar 2.000 dolar, dan sebagian besar berpikir itu akan naik jauh lebih tinggi," ucapnya.

<!--more-->

Advertising
Advertising

Adapun indeks dolar AS menuju penurunan bulanan kedua berturut-turut versus rivalnya, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun menjadi 1,593 persen pada Jumat pekan lalu, 28 Mei 2021. Dengan sendirinya, hal itu mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Data pada Jumat pekan lalu menunjukkan harga-harga konsumen AS melonjak pada April. Adapun inflasi melampaui target 2 persen The Fed dan merupakan kenaikan tahunan terbesar sejak 1992. Meski begitu, Gubernur The Fed, Jerome Powell telah berulang kali menyatakan bahwa inflasi yang lebih tinggi akan bersifat sementara.

Emas pun sering kali dilihat sebagai lindung nilai inflasi. Analis Commerzbank, Carsten Fritsch, menyatakan, selama The Fed menolak mengubah kebijakan moneternya dalam menanggapi kenaikan inflasi, suku bunga riil akan terus meluncur lebih jauh ke wilayah negatif. "Ini yang merupakan kabar baik untuk emas," katanya.

Adapun fokus investor minggu ini adalah pada data penggajian AS pada Jumat mendatang, 4 Juni 2021, dengan perkiraan median menunjukkan mereka akan menambahkan 650.000 pekerjaan. Selain harga emas, harga logam mulia lainnya seperti perak untuk penyerahan Juli naik 0,45 persen menjadi US$ 28.140 per ounce. Angka tersebut merupakan kenaikan bulanan tertinggi sejak Desember tahun lalu.

ANTARA

Baca: Harga Emas Antam Stabil Rp 965 ribu per Gram di Saat Emas Dunia Terus Menanjak

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya