Terkini Bisnis: Bos BPJS Kesehatan Lapor Polisi, 21.616 Dosis Vaksinasi Mandiri
Reporter
Tempo.co
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 25 Mei 2021 12:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terkini ekonomi dan bisnis sejak pagi hingga siang ini, Selasa 25 Mei 2021 dimulai dari bos BPJS Kesehatan melapor ke Bareskrim Polri terkait kebocoran data, Airlangga menyebutkan 21.616 orang telah mendapat vaksin gotong royong dan Rusdi Kirana dikabarkan suntik modal Rp 968 miliar ke Super Air Jet.
Selain itu berita tentang bos BCA menyampaikan duit kertas bulukan berpeluang menjadi media penularan covid dan rencana Sri Mulyani menaikkan pajak orang kaya 35 persen menuai kritik. Berikut lima berita terkini pada siang hari ini:
1. Bos BPJS Kesehatan Lapor Polisi Soal Data Bocor yang Merugikan
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan BPJS kesehatan telah mengambil langkah hukum dengan melaporkan kasus kebocoran data ke Bareskrim Polri.
"Mengingat adanya dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan pihak tidak bertanggungjawab dan merugikan BPJS kesehatan baik secara materiil maupun inmateriil," kata Ali Ghufron dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual Selasa, 25 Mei 2021.
Adapun data pribadi 279 penduduk Indonesia di BPJS Kesehatan diduga telah bocor dan diperjualbelikan secara online di situs raidsforum.com.
<!--more-->
2. Airlangga: 21.616 Orang Telah Menerima Vaksin Gotong Royong
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan sejumlah 21.616 dosis vaksin Sinopharm telah disuntikkan bagi peserta program vaksin gotong royong. Vaksin gotong royong merupakan program vaksinasi mandiri yang dilakukan perusahaan untuk karyawannya.
Sementara itu, jumlah vaksin gotong royong yang telah didistribusikan mencapai 76.910 dosis. Adapun sebanyak 1 juta dosis vaksin Sinopharm untuk memenuhi kebutuhan vaksin gotong royong sebelumnya telah tiba di Indonesia. Vaksin berbentuk bahan baku secara bertahap akan masuk hingga total 15 juta dosis.
3. Rusdi Kirana Suntik Modal Rp 968 M ke Super Air Jet dan FAN, untuk Apa?
Super Air Jet dan Flyindo Aviasi Nusantara (FAN) mendapatkan suntikan dana dari pemilik Lion Air Group senilai US$ 67,8 juta atau senilai Rp 968 miliar.
Dalam laporan Debtwire yang dikutip dari Bisnis.Com, Senin, 24 Mei 2021, kedua lini usaha baru tersebut dikendalikan oleh keluarga yang sama dari Rusdi Kirana selaku pemilik Lion Air Group.
Sumber Debtwire juga menyebutkan tersebut transaksi terjadi pada awal Februari ketika pembicaraan restrukturisasi utang Lion Mentari terus berlanjut. Salinan laporan bank PT Lion Mentari yang diberikan kepada Debtwire menunjukkan total transfer senilai Rp 988 miliar dari rekening Lion Mentari di Bank Negara Indonesia yang terjadi pada 2 Februari 2021. Transaksi dilakukan dengan rincian Rp 528 miliar ke Super Air Jet dan Rp 450 miliar ke FAN.
<!--more-->
4. Bos BCA Sebut Duit Bulukan Memungkinkan Penularan Covid-19
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pegawai BCA terutama di frontliner setiap hari terus berhadapan dengan nasabah. Hal itu karena transaksi tunai, giro, cek, itu tidak bisa dengan digital.
"Tetap belum ada smartphone yang bisa keluarkan uang tunai sampai sekarang, mungkin Bank Indonesia juga melarang ga boleh. Jadi mau ga mau suka ga suka harus datang ke cabang," kata Jahja dalam konferensi pers virtual, Senin, 24 Mei 2021.
Nasabah yang datang ke bank untuk keperluan tersebut, kata dia, harus dilayani.
"Kalau di kota besar mungkin uangnya masih bagus mulus-mulus, kalau di tempat-tempat kecil deket pasar itu sudah basah-basah sudah uang hampir setengah bulukan, mereka harus terima, itu uang resmi pemerintah. Itu kondisi yang memungkinkan terjadinya penularan (Covid-19)," ujarnya
5. Rencana Sri Mulyani Naikkan Pajak Orang Kaya 35 Persen Menuai Kritik
Pakar Kebijakan Publik yang juga Direktur Eksekutif Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, mengkritik rencana pemerintah menaikkan pajak orang kaya hingga 35 persen. Rencana tersebut sebelumnya disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
"‘UU Cipta kerja yang ingin mengundang investasi bisa tidak ada manfaatnya, bila narasi pemerintah terus memburu pajak masyarakat kelas menengah dan kaya” ujar Achmad dalam keterangan tertulis, Selasa, 25 Mei 2021.
Jangan sampai, kata Achmad, ada persepsi bahwa orang super kaya di Indonesia terus diburu pajak selangit. Persepsi tersebut, kata dia, justru menciptakan iklim investasi yang tidak kondusif nantinya.