Ma'ruf Amin: Ada Kesan Wisata Syariah Itu Wisatanya Akan Disyariahkan
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 6 Mei 2021 13:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan adanya mispersepsi atau kekeliruan sejumlah pihak terhadap konsep wisata halal. Beberapa pihak memandang wisata halal akan mengubah konsep sebuah daerah destinasi pariwisata menjadi berbasis syariah.
"Tentu kita ingin menghilangkan persepsi yang salah tentang wisata halal atau wisata syariah. Sepertinya ada kesan bahwa wisata syariah itu wisatanya akan disyariahkan. Kemudian, ada daerah-daerah yang keberatan," ujar Ma’ruf dalam keterangannya, Kamis, 6 Mei 2021.
Ma’ruf pun meluruskan bahwa wisata halal adalah penyediaan layanan-layanan syariah di setiap destinasi wisata. Dengan demikian dalam satu destinasi, terdapat layanan restoran halal hingga penyediaan tempat salat.
Ma’ruf mengungkapkan wisata halal memiliki potensi yang besar untuk menarik pelancong. Ia menyayangkan pengembangan potensi wisata halal yang terhambat karena rendahnya literasi masyarakat.
Pengembangan wisata halal ini pun disebut-sebut akan memberikan kenyamanan kepada para wisatawan, khususnya wisatawan muslim. Ia mencontohkan Kota Beijing di Cina yang sudah menerapkan konsep wisata halal.
<!--more-->
"Saya pernah ke Beijing. Di Beijing itu ada restoran halal, ada tempat salat. Layanannya itu dari Beijing sehingga banyak saya lihat (wisatawan) dari Malaysia, Brunei, Singapura, dan dari beberapa negara lain itu banjir ke sana dan mereka nyaman," ujarnya.
Ma’ruf juga menyebut objek wisata di Nami Island, Korea Selatan. Di kawasan wisata itu tersedia rumah makan-rumah makan yang menyediakan menu halal hingga musala.
Pemerintah pun, menurut Ma’ruf, kini mendukung pengembangan wisata halal dengan menyediakan berbagai fasilitas pelayanan syariah. Ma’ruf menjelaskan saat ini Nusa Tenggara Barat sebagai destinasi wisata halal di Indonesia bahkan sudah mulai membuka pendidikan jurusan pariwisata bagi santri. Pendidikan diberikan melalui balai latihan kerja (BLK) di pesantren-pesantren.
Salah satu tujuannya ialah mencetak para pemandu wisata halal. "Santri dididik untuk bagaimana dia menjadi pemandu wisata. Nah, ini dalam rangka mengembangkan wisata halal," ucap Ma’ruf.
BACA: Pengembangan Wisata di Menara Kudus, 6 Desa Diusulkan Jadi Desa Heritage
FRANCISCA CHRISTY ROSANA