Bos BCA dan Bank Mandiri Yakin Permintaan Kredit Naik di Kuartal Kedua, Kenapa?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 21 April 2021 06:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja dan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Darmawan Junaidi optimistis permintaan kredit bakal naik di kuartal kedua tahun ini atau lebih baik ketimbang kuartal pertama.
Secara umum, Jahja menjelaskan, pelunasan kredit di awal tahun 2021 ini masih tetap tinggi. Namun, ekspansi kredit khususnya dari segmen konsumer, yang dihasilkan pada awal tahun ini belum mampu menutupi pelunasan. Walhasil, pertumbuhan kredit menjadi terpengaruh.
Ia lalu membandingkan dengan kondisi di awal tahun 2020. Pada periode Januari-Maret 2020, penyaluran kredit per bulan mencapai Rp 2,5 triliun. "Ada repayment Rp2 triliun jadi masih naik Rp 0,5 triliun," kata Jahja.
Namun di kuartal pertama tahun ini, menurut dia, penyaluran kredit di BCA baru mencapai kisaran Rp 1,2-1,5 triliun. "Karena ada repayment Rp 2 triliun, jadi masih minus."
Meski begitu, Jahja yakin kinerja penyaluran kredit kuartal kedua tahun ini lebih baik. Salah satu keyakinannya berasal dari permohonan kredit kepemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor mencapai Rp 19,8 triliun.
"Itu di expo virtual ulang tahun BCA, kami dapat permohonan kredit Rp 15 triliun untuk KPR dan Rp 4,8 triliun untuk KKB. dalam 2 sampai 3 bulan ke depan akan masuk dalam buku kami," ucap Jahja.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi. Ia menargetkan pertumbuhan kredit mencapai 6 persen secara grup. Walau pada kenyataannya, kinerja ekonomi dan permintaan kredit masih tampak berat pada awal tahun ini.
<!--more-->
"Kami tetap optimistis, tapi sampai kuartal pertama ini masih kami lihat peningkatan, slow." kata Darmawan. "Kami tentu kami memanfaatkan banyak database yang ada, kami juga lihat appetite mereka."
Untuk menggenjot penyaluran kredit tersebut, Bank Mandiri akan mendorong kinerja segmen UKM dan mikro. Segmen ini akan menggunakan basis value chain segmen korporasi agar kualitasnya dapat lebih terjaga.
"Itu baik dari supplier atau pun vendor. Bisa melalui referral maupun dari kekuatan informasi di jaringan di wilayah-wilayah," kata Wakil Direktur Bank Mandiri Alexandra Askandar .
Alexandra juga yakin segmen yang akan potensial pada masa pemulihan ekonomi tahun ini adalah FMCG, kesehatan, dan telekomunikasi. "Untuk infrastruktur yang menjadi faktor utama pertumbuhan sebelumnya, sudah tidak bisa lagi menjadi andalan seperti tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan pertumbuhan kredit per Maret 2021 secara tahunan (yoy) jeblok hingga minus 4,13 persen. Dengan stabilitas sistem keuangan yang masih sangat terjaga, likuditas tergolong sangat longgar dan rasio kredit bermasalah rendah, menurut dia, kinerja fungsi intermediasi perbankan masih perlu didorong kembali.
"Dengan likuiditas longgar, kredit justru masih kontraksi, yakni 4,13 persen secara tahunan pada Maret 2021," kata Perry. Oleh karena itu harus ada upaya nyata untuk menjaga optimisme dan mengatasi permasalahan permintaan dan penawaran kredit dari perbankan ke dunia usaha.
Terkait dengan hal itu, Bank Indonesia menempuh kebijakan makro prudensial akomodatif dengan rasio countercyclical capital buffer, serta penyangga likuiditas makro prudensial. "Kami juga terus memperkuat transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan dan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk melanjutkan transmisi kebijakan moneter ke suku bunga kredit dan peningkatan kredit dan pembiayaan ke dunia usaha," ujar Perry.
BISNIS
Baca: Ada 15 Akun Medsos BCA Palsu Baru Setiap Hari, Begini Cara Menghindarinya