Erick Thohir Siapkan 2 Anak Usaha BUMN IPO, Diharapkan Raup Dana 21,9 Triliun
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 15 April 2021 05:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang dipimpin oleh Erick Thohir menyiapkan dua anak perusahaan pelat merah untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini. Dua anak usaha ini digadang-gadang akan meraup dana segar dengan nilai jumbo dari langkah IPO tersebut.
Penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) BUMN dan anak usahanya hingga 14 perusahaan ditargetkan dilakukan hingga 4 tahun ke depan. Sedangkan khusus tahun ini, Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menyebutkan, dua IPO jumbo yang ditargetkan dilaksanakan oleh dua anak usaha BUMN.
Kedua anak usaha tersebut yakni anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
"Sebelum IPO, PGE dan akan penggabungan dengan geothermal lainnya yang saat ini dimiliki PLN dan juga Geo Dipa. Jadi saat ini untuk geothermal fokus kami melakukan konsolidasi melihat kemungkinan menggabungkan aset-aset geothermal," kata Pahala, Rabu, 14 April 2021.
Penggabungan aset-aset geothermal milik tiga BUMN yakni PT Pertamina Geothermal Energy, PT PLN Gas dan Geothermal, dan PT Geo Dipa Energy (Persero) mencakup yang ada di pengelolaan wilayah kerja geothermal sendiri ataupun pembangkit yang terkait geothermal.
Adapun untuk rencana IPO PT Dayamitra Telekomunikasi, unit infrastruktur milik PT Telkom Indonesia direncanakan dapat mengumpulkan dana hingga US$ 1 miliar. Jumlah itu setara Rp 14,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.600 per dolar AS).
<!--more-->
Bila hal itu terealisasi, penawaran umum itu bisa menjadi penjualan saham pertama terbesar di Indonesia dalam lebih dari satu dekade. Dayamitra, yang biasa disebut Mitratel, disebut-sebut telah meminta proposal tentang penawaran potensial dan dapat segera memilih penasihat.
Sedangkan untuk IPO perusahaan pembangkit listrik energi terbarukan dikabarkan akan bisa menggalang dana setidaknya mencapai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,3 triliun. Bila dijumlah, IPO dua perusahaan itu diharapkan bisa meraup dana segar hingga Rp 21,9 triliun.
Pahala memaparkan, sebelum perusahaan geothermal itu IPO, ada rencana penggabungan aset ketiga anak usaha sehingga membutuhkan waktu persiapan. "Kami perlu memastikan kesiapan dari sisi keuangan dan aset-aset," tuturnya.
Dengan begitu, kata Pahala, IPO yang dilakukan bisa menciptakan nilai tambah di pasar modal juga. "Ini betul-betul jangan sampai IPO hanya untuk IPO saja. Kami siapkan ceritanya apa nilai tambah yang bisa diciptakan di pasar modal melakukan permodalan ke depan untuk perkembangan ke depannya."
Pahala menyatakan saat ini Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam pengembangan energi geothermal karena memiliki instock capacity yang cukup besar. Dengan terlebih dahulu menggabungkan aset-aset geothermal, perusahaan yang akan IPO tersebut dapat menjadi salah satu pemilik kapasitas geothermal terbesar di dunia.
BISNIS
Baca: Ridwan Kamil Sebut Silicon Valley Hanya Gimmick Branding Jika Tak Ada 3 Hal Ini