Kurs Rupiah Melemah ke Level 14.625 per dolar AS, BI: Fundamental Masih Baik
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 13 April 2021 14:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menanggapi melemahnya nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini. Pada siang hari ini rupiah terkoreksi 30 poin atau 0,21 persen menjadi Rp 14.625 per dolar AS, sementara indeks dolar AS naik 0,08 persen menuju 92,213.
Rupiah sejak awal perdagangan hari ini, Selasa, 13 April 2021, sudah tertekan di level Rp 14.612,50 per dolar AS. Kemarin rupiah juga ditutup terdepresiasi ke level Rp 14.595 per dolar AS. Di saat yang sama, indeks dolar AS terpantau menguat 0,06 poin atau 0,07 persen ke level 92,19.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Hariyadi Ramelan menilai rupiah pada kisaran saat ini masih lebih baik dibandingkan dengan peers global.
Apalagi, menurut dia, jika dilihat dari indikator fundamentalnya yang masih baik. Hariyadi mencontohkan indikator fundamental yang baik terlihat dari high carry spread 487 basis points (bps) dan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,3 persen hingga 5,3 persen tahun ini.
Selain itu inflasi yang rendah di bawah 2 persen dan kecukupan cadangan devisa hingga US$ 137,1 miliar. "Volatilitas year to date (ytd) sekitar 7 persen, sementara pelemahannya sekitar 3,9 persen ytd," ucap Hariyadi.
Bank Indonesia, kata Hariyadi, selalu akan berada di pasar untuk memastikan mekanisme pasar berjalan sesuai dengan keseimbangan pasokan dan permintaan valas.
<!--more-->
Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz sebelumnya menjelaskan belakangan ini nilai tukar rupiah cukup tertekan karena faktor musiman permintaan korporasi akan dolar AS yang tinggi pada April - Mei. Adapun, periode tersebut merupakan musim pembagian dividen dari perusahaan multinasional.
“Selain itu, kegiatan impor cenderung juga mulai menunjukkan arah positif seiring dengan aktivitas manufaktur domestik yang terus ekspansif juga turut berkontribusi untuk permintaan valas,” kata Faiz.
Di sisi lain, tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun atau US Treasury yang mulai turun sehingga mendorong aliran modal masuk ke pasar obligasi Tanah Air disebut bisa menjadi penahan laju pelemahan rupiah. Namun, perlu diingat bahwa inflow tersebut akan terjadi bertahap.
Sedangkan dari dalam negeri, peran bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar juga akan dicermati oleh pelaku pasar. “Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kami melihat potensi pelemahan rupiah untuk beberapa waktu masih akan berlanjut dengan rentang Rp 14.500 - Rp 14.600,” tuturnya.
Goldman Sachs Group Inc. mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar yang berpotensi berlanjut akan terus merugikan aset Indonesia dalam waktu dekat. Sementara PineBridge Investments Asia Ltd. mengatakan rupiah akan terus merosot karena risk-off perdagangan global dan ketika dana luar negeri membawa pulang dividen.
BISNIS
Baca: Kurs Rupiah Melemah di Level 14.580 per Dolar AS, Ini Tiga Penyebabnya