Bappenas Bahas Istana Negara Burung Garuda dengan 5 Asosiasi
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 6 April 2021 12:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memimpin diskusi pembangunan Ibu Kota Negara termasuk soal Istana Negara Burung Garuda bersama Ikatan Ahli Perencana Wilayah dan Kota (IAP), Ikatan Ahli Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI), Green Building Council Indonesia (GBCI). Sejumlah aspek seperti lingkungan, budaya, hingga progres Master Plan IKN menjadi topik diskusi.
Salah satu pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah desain Istana Negara yang hingga saat ini, masih memasuki tahap gagasan awal sehingga prosesnya terus bergulir dan tentu dapat diperdalam serta didiskusikan bersama para ahli di bidang arsitektur dan perencanaan.
“Saya berterima kasih sekali atas masukan dari rekan-rekan arsitek, dari IAP, IAI, IARKI, IALI, GBCI, dan masyarakat luas. Kami pikirkan, bangunan burung garuda, secara arsitektur bagaimana atau secara security-nya, kita bisa diskusikan,” ujar Suharso dalam keterangan tertulis, Senin, 5 April 2021.
Untuk pembangunan Istana Negara, Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah menyelaraskan materi Master Plan Ibu Kota Negara dan Urban Design Ibu Kota Negara.
Dalam membangun Ibu Kota Baru, Suharso memastikan aspek lingkungan adalah salah satu elemen penting yang akan terus menjadi perhatian utama pemerintah. Berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian PPN/Bappenas memastikan pembangunan akan memperhatikan pelestarian lingkungan.
“Pembangunan ini sangat amat memperhatikan lingkungan hidup, bahkan kita menghutankan kembali hutan yang sudah rusak. Semua hitungan dalam proses perencanaan dan rancangan Ibukota Negara sudah kita perhitungkan, prosesnya sudah mengikuti kaidah yang bisa diterima dan paling penting tidak melanggar undang-undang,” ujar Suharso.
<!--more-->
Sebelumnya, lima asosiasi profesi tersebut sempat melontarkan kritik mengenai desain Istana Negara di Ibu Kota baru tersebut.
Lima asosiasi itu menilai ada kegelisahan yang perlu disampaikan untuk dapat disalurkan secara terbuka terkait dengan rencana dan rancangan Istana Negara yang nantinya akan menjadi representasi dari citra Indonesia dan menjadi dasar atas perkembangan peradaban Indonesia dalam kancah dunia.
Setelah memperhatikan gambar-gambar rancangan istana negara anyar itu, asosiasi mengritik rancangan tersebut. "Bangunan istana negara yang berbentuk burung Garuda atau burung yang menyerupai Garuda merupakan simbol yang di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital dengan visi yang berkemajuan, era bangunan emisi rendah dan pasca Covid-19," tulis mereka.
Asosiasi menilai bangunan gedung istana negara seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban/budaya, ekonomi dan komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan negara Indonesia dalam partisipasinya di dunia global. Di samping itu, bangunan gedung istana negara seharusnya menjadi contoh bangunan yang secara teknis sudah mencirikan prinsip pembangunan rendah karbon dan cerdas sejak perancangan, konstruksi hingga pemeliharaan gedungnya.
Menurut lima asosiasi tersebut, metafora, terutama yang dilakukan secara harafiah dan keseluruhan dalam dunia perancangan arsitektur era teknologi 4.0 adalah pendekatan yang mulai ditinggalkan karena ketidakmampuan menjawab tantangan dan kebutuhan arsitektur hari ini dan masa mendatang.
"Metafora hanya mengandalkan citra, yang dilakukan secara keseluruhan dapat diartikan secara negatif dikaitkan dengan anatomi tubuh yang dilekatkan dalam metafor," tulis Asosiasi.
<!--more-->
Metafora harafiah yang direpresentasikan melalui gedung patung burung tersebut, menurut mereka, tidak mencerminkan upaya pemerintah dalam mengutamakan forest city atau kota yang berwawasan lingkungan.
Oleh karena itu, lima asosiasi profesi itu menyarankan istana versi burung Garuda disesuaikan menjadi monumen atau tugu yang menjadi tengaran atau landmark pada posisi strategis tertentu di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dan dilepaskan dari fungsi bangunan istana.
Asosiasi pun mengusulkan desain bangunan gedung istana negara disayembarakan dengan prinsip dan ketentuan desain yang sudah disepakati dalam hal perancangan kawasan maupun tata ruangnya, termasuk target menjadi model bangunan sehat beremisi nol.
CAESAR AKBAR
Baca juga: 4 Hal Soal Desain Istana Negara yang Akan Disampaikan Ikatan Arsitek ke Jokowi