Wartawan tengah melihat secara daring pemaparan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu, 29 April 2020. Bank Indonesia (BI) mengumumkan bid yang masuk untuk Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 44,4 triliun. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo meminta perbankan di Indonesia menurunkan suku bunga kredit untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Penurunan tersebut akan meningkatkan pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2021.
“Kami sudah kendorkan (suku bunga). Mohon perbankan juga turunkan bunga kredit,” ujar Perry dalam acara temu stakeholders untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional, Kamis, 25 Maret 2021.
Perry mengatakan Bank Indonesia telah menyusun kebijakan moneter dan makroprudensial untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional sepanjang krisis berlangsung. Selama pandemi, BI telah menurunkan suku bunga sebanyak enam kali sebesar 150 bps menjadi 3,5 persen.
Penurunan suku bunga ini, kata Perry, merupakan yang terendah dalam sejarah. Bank sentral juga telah melakukan injeksi likuiditas senilai Rp 781,29 triliun atau 5,06 persen dari produk domestik bruto (PDB) serta berpartisipasi dalam pembiayaan APBN melalui pembelian surat berharga negara sebesar Rp 74,2 triliun per Maret 2021.
Dari sisi kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia melonggarkan ketentuan uang muka kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor hingga menjadi 0 persen untuk pembelian kendaraan baru yang berlaku hingga 31 Desember.
Selain itu, BI menetapkan kebijakan makroprudensial lainnya, seperti memasukkan wesel ekspor sebagai komponen pembiayaan serta memberlakukan secara bertahap ketentuan disinsentif berupa giro RIM/RIMS. <!--more--> Perry telah mendengar bank-bank yang tergabung dalam himpunan bank negara akan menyusutkan bunga kreditnya dalam waktu dekat. Ia berharap langkah ini bisa mendorong pemulihan ekonomi secara lebih cepat.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini kredit belum mengalir meski otoritas telah melakukan sejumlah relaksasi. “Inflasi rendah, suku bunga rendah, likuiditas besar, tapi kredit belum mengalir. Sementara beberapa hal sudah dilakukan relaksasi,” kata dia.
Mantan bos Bank Dunia itu menyebut pemerintah akan segera merevisi aturan agar perbankan berani menyalurkan kredit. Di saat bersamaan, industri maupun sektor usaha lainnya pun tidak ragu-ragu untuk mengakses pinjaman.