TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan penurunan Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia direspons perbankan dengan penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang masih terbatas. Sedangkan penurunan suku bunga deposito satu bulan lebih agresif sehingga terjadi pelebaran spread.
"Pada Januari 2020 sampai Januari 2021, suku bunga BI7DRR turun sebesar 125 bps (yoy), sementara SBDK hanya turun sebesar 78 bps (yoy)," kata Erwin, Senin, 22 Maret 2021.
Hal itu menyebabkan spread SBDK terhadap BI7DRR melebar dari 5,82 persen pada Januari 2020 menjadi 6,28 persen pada Januari 2021. Di sisi lain, suku bunga deposito satu bulan turun sebesar 189 bps (yoy), sehingga spread antara SBDK dan suku bunga deposito satu bulan mengalami kenaikan dari 4,86 persen menjadi 5,97 persen.
Dia mengatakan SBDK bank BUMN diperkirakan menurun sejalan dengan telah diumumkannya penurunan SBDK bank-bank BUMN. Pada posisi Januari 2021, SBDK Bank BUMN masih tertinggi (10,80 persen) dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Namun demikian, SBDK bank-bank BUMN diperkirakan menurun pada Maret 2021.
"Percepatan penurunan SBDK kelompok bank BUMN yang telah diumumkan diharapkan juga diikuti oleh kelompok bank lain," ujarnya.
Adapun publikasi asesmen transmisi suku bunga kebijakan kepada suku bunga dasar kredit perbankan, merupakan tindak lanjut dari Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Februari 2021. Tujuan dari publikasi dimaksud adalah untuk mendukung percepatan transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial Bank Indonesia serta memperluas diseminasi informasi kepada konsumen, baik korporasi maupun individu.
Hal itu guna meningkatkan tata kelola, disiplin pasar dan kompetisi di pasar kredit perbankan.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Bank Indonesia: Penurunan Suku Bunga Kredit Perbankan Perlu Terus Didorong