Direktur Pertamina Beberkan Rincian Kebutuhan Belanja Modal Rp 1.288 Triliun
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 4 Maret 2021 15:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini membeberkan proyeksi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan hingga tahun 2024 mencapai US$ 92,36 miliar atau setara dengan Rp 1.288 triliun. Perhitungan kebutuhan capex untuk mendanai sejumlah proyek itu menggunakan asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS.
Emma menjelaskan kebutuhan capex yang besar itu tak lepas dari penugasan yang diberikan untuk menggarap 14 proyek strategis nasional atau PSN. Seluruh proyek tersebut tersebar dari hulu hingga ke hilir seperti proyek kilang, gas atau energi bersih dan terbarukan yang hingga saat ini terus berjalan.
Mayoritas PSN yang digarap Pertamina ini, kata Emma, bertujuan untuk menekan defisit neraca perdagangan yang disebabkan oleh impor komoditas energi seperti BBM, liquefied petroleum gas (LPG), dan juga petrokimia.
"Jadi, kalau dilihat 5 tahun ke depan hingga 2024 ini, total capex kami kurang lebih US$90 miliar. Ini tentunya kalau melakukan sendiri kami overstretch," kata Emma dalam webinar Prospek BUMN 2021 sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, Kamis, 3 Maret 2021.
Oleh karena itu, menurut Emma, Pertamina mengharapkan ada bantuan dari sisi capital financing. "Apakah itu dari financial bank apakah itu dari multilateral," tuturnya.
<!--more-->
Emma memaparkan, dari total belanja modal yang disiapkan hingga 2024 itu, porsi terbesar masih akan dikucurkan untuk sektor hulu migas. Sektor itu akan menyerap anggaran capex senilai US$ 64 miliar dari total dana yang disiapkan.
Dari angka itu, kata Emma, sekitar US$ 45 miliar akan digunakan untuk aksi korporasi merger dan akuisisi lapangan migas guna menambah cadangan yang ada. Kemudian US$ 14 miliar akan digunakan untuk pengembangan bisnis organik seperti mempertahankan laju penurunan produksi atas aset-aset yang ada di hulu Pertamina. Berikutnya, US$5 miliar untuk anggaran pemeliharaan.
Sementara itu, porsi terbesar kedua dalam struktur belanja modal Pertamina akan diserap sektor hilir yakni untuk pembangunan kilang baru dan juga peningkatan kilang yang ada. Postur itu akan menyerap anggaran senilai US$ 20 miliar.
Emma menjelaskan sebanyak USS$ 18 miliar akan digelontorkan untuk mendanai proyek pembangunan kilang baru dan peningkatan fasilitas kilang yang ada. Sementara itu, US$ 2 miliar akan digunakan untuk kegiatan distribusi dan pemasaran infrastruktur.
Selebihnya, kata Emma, atau sekitar US$ 8 miliar akan dialokasikan untuk mendanai sektor gas, power, energi baru dan terbarukan seperti untuk pembangunan jalur pipa, regasifikasi. Dari US$ 92 miliar hanya 38 persen yang bisa didanai oleh internal Pertamina. "Selebihnya tentu kita sangat terbuka dengan opsi dan mekanisme eksternal funding," ucapnya.
BISNIS
Baca: Ahok Senang Proyek Pertamina Hemat Hingga Rp 84 Triliun: Kita Itu Bisa