Bos BCA Sebut Modal Cukup Kuat, Siap Lanjutkan Bagi Dividen Tahun Ini
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 22 Februari 2021 05:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan kondisi permodalan perusahaan saat ini masih cukup kuat yang didorong oleh pertumbuhan laba yang terjaga sepanjang tahun 2020. Pada tahun lalu, perseroan membagikan dividen kepada investor dengan tinggi rasio hingga 47,9 persen.
Emiten bersandi saham BBCA tersebut, kata Jahja, juga siap melanjutkan ekspansi bisnis dan mitigasi risiko pada tahun ini. "Kami sudah bagikan dividen interim, cuma untuk rasio keseluruhannya belum ditentukan. Kalau dari modal, kami sangat siap," kata Jahja pekan lalu.
Sebelumnya BCA telah membagikan dividen interim tunai untuk tahun buku 2019, periode 1 Januari 2020 sampai dengan 30 September 2020. Emiten perbankan ini membagikan dividen interim tunai sebesar Rp 98 per saham sesuai hasil rapat umum pemegang saham tahunan pada 9 April 2020.
Keputusan itu terdapat dalam surat keputusan direksi No. 187/SK/DIR/2020 tanggal 26 November 2020, serta persetujuan dewan komisaris perseroan sebagaimana dimaksud dalam surat keputusan dewan komisaris No. 166/SK/KOM/2020 tanggal 27 November 2020.
Sepanjang tahun 2020, BCA mencatat laba bersih sebesar Rp 27,1 triliun, atau turun 5 persen dibandingkan laba bersih 2019 yang sebesar Rp 28,6 triliun. "Hal itu disebabkan biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset," kata Jahja usai konferensi pers, awal Februari 2021 lalu.
Namun meski menghadapi sejumlah tantangan, kata Jahja, rasio kecukupan modal atau CAR BCA pada tahun lalu tercatat sebesar 25,8 persen. Rasio kredit bermasalah pun terjaga di level 1,8 persen.
BCA dan entitas anak, kata Jahja, juga mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) hingga 11,2 persen yoy menjadi Rp 45,4 triliun. "Ditopang oleh peningkatan likuiditas, biaya dana yang lebih rendah, dan perlambatan belanja operasional," ujarnya.
<!--more-->
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso menjelaskan perseroan memiliki rasio kecukupan modal yang kuat. Modal perusahaan juga masih akan kuat jika pemerintah membutuhkan pembagian dividen tahun ini.
"Rasio kecukupan modal kami sangat kuat 21,17 persen sehingga mampu menyediakan ruang untuk tumbuh maupun berikan dividen pada pemegang saham," kata Sunarso.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menambahkan, perseroan juga siap menyetor dividen dengan rasio lebih tinggi dari laba tahun buku 2020 jika pemerintah membutuhkan.
Adapun penentuan besaran dividen merupakan kewenangan pemegang saham dalam hal ini pemerintah dan pemegang saham lainnya yang akan diputuskan pada saat pelaksanaan RUPS Tahunan.
Haru menjelaskan, dalam setiap usulan besaran dividen, BRI selalu memperhatikan beberapa faktor. Sejumlah faktor itu di antaranya adalah tingkat kecukupan modal, keberlanjutan pertumbuhan bisnis serta kemampuan bank dalam memitigasi timbulnya risiko.
Lebih jauh, kata Haru, BRI memastikan posisi kecukupan modal saat ini sudah sangat cukup untuk dapat melakukan ekspansi sekaligus menyerap potensi risiko pembiayaan yang muncul. "Dengan kondisi CAR BRI saat ini, kami siap apabila diminta pemerintah untuk membayar dividend ratio sama seperti tahun lalu atau pun lebih," ucapnya pada Rabu, 13 2021.
Rasio kecukupan modal emiten berkode BBRI ini tercatat sebesar 20,38 persen per September 2020 atau turun tipis dari periode sama tahun sebelumnya 21,62 persen. Sementara pada tahun lalu, perseroan membagikan 60 persen dividen dari total laba bersih tahun buku 2019, yang senilai Rp 34,4 triliun.
BISNIS
Baca: BCA Ungkap Penyebab ORI019 Diburu Pegawai hingga Ibu Rumah Tangga