Sudah Dua Bulan Nelayan Lebak Tidak Melaut Akibat Cuaca Buruk

Reporter

Antara

Sabtu, 6 Februari 2021 07:45 WIB

Kapal nelayan banyak sandar di pelabuhan karena tidak melaut. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Nelayan tradisional pesisir selatan Lebak, Provinsi Banten tidak melaut akibat cuaca buruk yang melanda perairan Samudera Hindia.

"Kami bersama nelayan di sini sudah dua bulan terakhir tidak melaut," kata Kohar, 50 tahun, seorang nelayan tradisional di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun Kabupaten Lebak, Jumat, 5 Februari 2021.

Nelayan tradisional di pesisir Lebak umumnya menggunakan perahu kincang bermesin motor tempel dengan panjang 2,5 m dan lebar 120 cm. Perahu kincang tidak mampu menghadapi gelombang di atas dua meter, dan kalau dipaksakan bisa membahayakan keselamatan jiwa nelayan.

Saat ini, kata dia, gelombang pesisir selatan Lebak yang berhadapan dengan Perairan Samudera Hindia mencapai tiga meter disertai angin kencang."Kami sehari-hari berkumpul dengan nelayan sambil menunggu cuaca kembali normal," kata dia.

Baca Juga: Cuaca untuk Penerbangan Awal Februari, BMKG: Awas Awan Cumulonimbus di ...

Begitu juga Saman, 55 tahun, nelayan Binuangeun Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya tidak berani melaut akibat gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan sehingga dapat menimbulkan kecelakaan laut.

Saat ini, puluhan perahu nelayan tradisional ditambatkan di tepi pantai Binuangeun dan sebagian di antaranya diperbaiki.

Selama tidak melaut, untuk mencukupi kebutuhan dapur nelayan mengandalkan pinjaman dan utang."Semua nelayan di sini sudah biasa jika cuaca buruk mengutang ke juragan pemilik perahu dan dibayar nanti setelah tangkapan normal," ujar dia.

Sementara itu, Ahmad Hadi, petugas Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan jumlah nelayan di selatan Lebak sekitar 3.600 orang dan dipastikan nelayan tradisional tidak melaut akibat cuaca buruk di Perairan Samudera Hindia, sedangkan nelayan yang menggunakan kapal di atas 20 GT tetap melaut.

Sebab, pesisir Lebak itu berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dimana jika gelombang di atas dua meter disertai angin kencang dipastikan nelayan lebih memilih tidak melaut.

Selain ombak tinggi, populasi ikan juga berkurang dan nelayan bisa rugi karena jumlah tangkapan sedikit. Setiap kali melaut nelayan mengeluarkan biaya bahan bakar, rokok, kopi dan makanan sekitar Rp 500 ribu.

Nelayan berangkat melaut sekitar pukul 16.00 WIB sore dan kembali ke TPI Binuangeun sekitar pukul 09.00 WIB."Jika cuaca normal bisa membawa uang sekitar Rp 800 ribu sampai Rp1 juta setiap perahu," kata Saman.

Berita terkait

Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Sama Cerah Berawan Pagi Ini, Bagaimana Siang dan Malam?

2 hari lalu

Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Sama Cerah Berawan Pagi Ini, Bagaimana Siang dan Malam?

Prediksi cuaca dari BMKG menyebut Jabodetabek seluruhnya cerah berawan pada pagi ini, Kamis 30 April 2024.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek Hari Ini, Waspada Potensi Hujan di Mana?

3 hari lalu

Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek Hari Ini, Waspada Potensi Hujan di Mana?

BMKG memprediksi seluruh wilayah Jakarta memiliki cuaca cerah berawan sepanjang pagi ini, Senin 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Bermagnitudo 4,8 Guncang Banten, BMKG: Belum Ada Laporan Kerusakan

5 hari lalu

Gempa Bermagnitudo 4,8 Guncang Banten, BMKG: Belum Ada Laporan Kerusakan

Gempa tektonik bermagnitudo 4,8 mengguncang wilayah Banten dan sekitarnya. BMKG mencatat waktu kejadiannya pada Sabtu, 27 April 2024 pukul 15.27 WIB.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Sidak Pabrik Baja Ilegal di Cikande Serang, Tak Sesuai SNI Senilai Rp 257 Miliar

6 hari lalu

Zulkifli Hasan Sidak Pabrik Baja Ilegal di Cikande Serang, Tak Sesuai SNI Senilai Rp 257 Miliar

Zulhas menyebut pabrik itu memproduksi sebanyak 3.608.263 batang baja seberat 27.078 ton.

Baca Selengkapnya

KCIC Sebut Cuaca Buruk Picu Keterlambatan Perjalanan Kereta Cepat Whoosh

6 hari lalu

KCIC Sebut Cuaca Buruk Picu Keterlambatan Perjalanan Kereta Cepat Whoosh

Cuaca buruk membuat perjalanan kereta cepat Whoosh mengalami keterlambatan. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memberi kompensasi makanan dan minuman untuk penumpang.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

7 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

10 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

10 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

BMKG: Satu Pusat Tekanan Rendah dan 2 Sirkulasi Siklonik Pengaruhi Cuaca Hari Ini

13 hari lalu

BMKG: Satu Pusat Tekanan Rendah dan 2 Sirkulasi Siklonik Pengaruhi Cuaca Hari Ini

Potensi cuaca hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih melingkupi banyak wilayah provinsi di Indonesia pada hari ini.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

14 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya