Petugas mengetes kantong nafas milik pegawai PT KAI (Persero) dengan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Sabtu, 23 Januari 2021. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan mengimplementasikan penggunaaan GeNose C19 sebagai alat pendeteksi COVID-19 pada calon penumpang kereta api mulai 5 Februari 2021. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada (UGM) meminta masyarakat tidak terjebak membeli alat pendeteksi Covid-19 berbasis embusan napas GeNose buatan tim riset UGM yang ditawarkan sejumlah pihak melalui toko online dengan harga sampai Rp 90 juta.
"Harganya sudah ditentukan dan tidak diperbolehkan menjual di atas harga tersebut," kata Direktur Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM Hargo Utomo melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa, 2 Februari 2021.
Menurut dia, harga eceran tertinggi (HET) GeNose sebesar Rp 62 juta per unit sebelum dikenakan pajak.
Hargo menyebutkan setelah GeNose memperoleh izin edar dan dipasarkan, beberapa pihak justru mengambil keuntungan dengan menjual di toko online disertai harga jual yang beragam.
"Di sana terlihat GeNose dijual dengan harga beragam. Ada yang Rp 75 juta, Rp 80 juta bahkan Rp 90 juta," kata Hargo.
Ia menegaskan distribusi GeNose sudah dikelola oleh PT Swayasa Prakarsa. Saat ini telah ada tiga distributor resmi GeNose C19 dan menyusul tiga distributor lainnya.
70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga
1 hari lalu
70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga
Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.