Mendag Lutfi Fokus Dorong Ekspor Barang dan Industri Berteknologi Tinggi
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 29 Januari 2021 18:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan atau Mendag Muhammad Lutfi mengatakan pihaknya fokus mendorong transformasi Indonesia menjadi negara penghasil dan pengekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi. Menurutnya, dengan transformasi itu, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari ekspor barang bernilai tambah dan tidak lagi sekadar mengekspor barang mentah dan barang setengah jadi.
Beberapa sektor yang konkret menunjukkan transformasi tersebut antara lain pada ekspor komoditas besi baja, kendaraan bermotor, dan perhiasan.
"Dengan transformasi ini, diharapkan dapat mencapai target perdagangan 2021 yang ditetapkan dalam rencana strategis Kemendag," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat, 29 Januari 2021.
Adapun, kata dia, target Kemendag yaitu pertumbuhan ekspor nonmigas 6,3 persen, serta pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) subsektor perdagangan besar dan eceran.
Menurutnya, sepuluh produk utama ekspor nonmigas Indonesia telah berkontribusi sebesar 59,8 persen terhadap kinerja ekspor nonmigas pada 2020. Di antara kesepuluh produk tersebut, ada tiga produk yang telah bertransformasi menjadi barang industri dan industri berteknologi tinggi, yaitu besi baja, kendaraan bermotor dan suku cadangnya, dan perhiasan.
"Kami berkomitmen terus mendorong transformasi ini,” ujarnya.
<!--more-->
Untuk besi dan baja, Indonesia merupakan negara penghasil komoditas tersebut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Bahkan, lebih dari 70 persen besi baja Indonesia diekspor ke Cina.
Pada 2020, komoditas besi baja menempati urutan ke-3 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 7 persen atau senilai US$ 10,85 miliar. Pertumbuhan ekspor besi baja juga cukup signifikan mencapai 46,84 persen (YoY).
“Capaian ini cukup membanggakan mengingat sebelumnya Indonesia merupakan negara pengimpor besi dan baja,” kata Lutfi.
Sementara itu, produk kendaraan bermotor dan suku cadangnya pada 2020 menempati urutan ke-6 pada
ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 4,3 persen atau senilai US$ 6,6 miliar.
“Walaupun terjadi penurunan pada sektor otomotif akibat kondisi perekonomian global yang tengah lesu terimbas dampak Covid-19, potensi ekspor kendaraan bermotor dan suku cadangnya masih sangat besar,” ujarnya.
Selain itu, komoditas perhiasan juga menjadi andalan ekspor Indonesia. Produk perhiasan pada 2020 menempati urutan ke-5 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 5,3 persen dengan nilai US$ 8,2 miliar. Hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang.
Pertumbuhan ekspornya juga positif, yakni mencapai 24,21 persen (YoY). Menurutnya, perhiasan menjadi sektor penting karena merupakan sektor padat karya yang melibatkan banyak pengrajin dan usaha kecil menengah (UKM).
Ekspor perhiasan yang maju menunjukkan besarnya kreativitas pengrajin Indonesia, termasuk juga dalam hal pemasarannya,” ujar Mendag.
BACA: Gugatan Uni Eropa Soal Ekspor Bijih Nikel, Mendag: RI Siap Pertahankan Posisi
HENDARTYO HANGGI