Industri Dana Pensiun Manfaatkan Peluang Penurunan Harga Saham

Kamis, 28 Januari 2021 19:15 WIB

Layar pergerakan Index Harga Saham Gabungan di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2021. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di zona merah dengan pelemahan 1,66 persen atau 106,76 poin ke level 6.307,13. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Industri dana pensiun menilai investasi di pasar modal masih dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan penurunan harga saham untuk menyeimbangkan portofolio investasi.

Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri Lubis menyatakan bahwa investasi di instrumen saham secara fundamental diposisikan sebagai investasi jangka panjang. Strategi itu menyasar pertumbuhan jangka panjang, yang memiliki peluang imbal hasil lebih baik meskipun volatilitasnya tinggi.

“Beberapa data menunjukkan untuk jangka panjang investasi di pasar saham jika dilakukan dengan proper, analisa yang memadai, terutama fundamental, dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada instrumen pasar uang,” ujar Suheri pada Kamis 28 Januari 2021.

Karakteristik itu pun membuat lembaga jasa keuangan perlu melihat maksud dan tujuan investasinya. Menurut Suheri, industri dana pensiun yang berorientasi pemenuhan liabilitas jangka panjang cocok untuk berinvestasi di pasar modal, karena dapat memberikan imbal hasil lebih baik.

Berdasarkan statistik dana pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2020, industri dana pensiun mencatatkan penempatan investasi di saham senilai Rp32,13 triliun. Jumlah itu mencakup 10,5 persen dari total investasi industri senilai Rp305,8 triliun.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Penempatan investasi lainnya di pasar modal oleh industri dana pensiun, yakni reksadana per Desember 2020 tercatat sebesar Rp17,1 triliun atau 5,61 persen dari total investasi. Jika digabungkan, penempatan dana di saham dan reksadana mencapai 16,1 persen dari total investasi industri.

Pasar modal bukan menjadi tempat investasi terbesar dari industri dana pensiun. OJK mencatat bahwa penempatan dana di deposito menjadi yang tertinggi, yakni Rp87,2 triliun atau 28,5 persen dari total investasi. Jumlah itu disusul oleh instrumen surat berharga negara (SBN) sebesar Rp75,04 triliun (24,5 persen) dan obligasi senilai Rp67,5 triliun (22,1 persen).

Komposisi itu tidak mengalami perubahan, setidaknya dalam lima tahun terakhir. Namun, terdapat penurunan komposisi penempatan investasi di saham sejak 2017 yang sebesar 12,42 persen, perlahan pada 2018 menjadi 11,73 persen, 2019 menjadi 10,82 persen, dan terus berkurang pada 2020.

Meskipun begitu, Suheri meyakini bahwa pada tahun ini industri dana pensiun akan mulai kembali meningkatkan investasi di saham atau reksadana saham. Menurutnya, upaya itu tidak akan mengubah komposisi investasi secara signifikan, tapi setidaknya dapat kembali seperti situasi sebelum pandemi Covid-19.

BACA: Bank Mandiri Perkuat Kolaborasi dengan Asuransi dan Dana Pensiun

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

12 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

1 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

1 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

2 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

3 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

3 hari lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

5 hari lalu

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain dengan memanfaatkan securities crowdfunding.

Baca Selengkapnya

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

5 hari lalu

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

Pada 2023 terdapat 1.196 kasus judi online dengan jumlah tersangka 1.967, sedangkan di 2024 per April terdapat 792 kasus dan 1.158 tersangka.

Baca Selengkapnya