Cerita Ibu Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ182: Dia Suka Memberi
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 10 Januari 2021 16:52 WIB
TEMPO.CO, Kediri- Nanik Mardiyah masih syok dengan kabar kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang terjadi kemarin. Perempuan berusia 57 tahun awal Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang semula tak ingin percaya, tapi akhirnya tak bisa menghindari kenyataan pahit setelah konfirmasi sejumlah pihak resmi disampaikan.
Putri pertamanya dan dua cucunya beserta satu pengasuh anak tercatat naik pesawat dengan Jakarta-Pontianak yang lost contact pada Sabtu, 9 Januari 2021 di Kepulauan Seribu, Jakarta. Mereka berangkat untuk melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu setelah sang ayah mendapat promosi dan diharuskan bekerja di Pontianak.
Saat pertama kali mendengar informasi kecelakaan pesawat kemarin, Nanik tak langsung percaya. Ia kemudian beberapa kali menghubungi putrinya, Rahmania Ekananda, yang menumpang pesawat itu, tapi tak kunjung bersambung. Hingga akhirnya, Nanik memencet nomor telepon suami anaknya.
Namun bukan kabar baik yang diterimanya. Menantunya memberi kabar bahwa pesawat yang ditumpangi ternyata kehilangan kontak. "Bu, pesawatnya lost contact. Saya tidak bisa berbicara banyak, bu," cerita menantunya sambil menahan menangis kepada Nanik.
Meski masih kaget, Nanik melanjutkan pencarian informasinya, lewat televisi hingga berselancar di internet. Namun informasi masih nihil. Saat itu masih sekitar pukul 16.00 WIB.
Ia terus memandangi saluran televisi berharap ada kabar terkait pesawat Sriwijaya Air. Baru sekitar Maghrib mulai banyak informasi yang menyebutkan sekaligus membenarkan bahwa pesawat lost contact.
Sejak itu, Nanik mengaku tidak bisa tidur nyenyak memikirkan nasib anak dan cucu-cucunya. Sejumlah anggota keluarga lalu berdatangan dan berkumpul di rumah mendampingi Nanik. Semenjak suaminya meninggal dunia, Nanik tinggal seorang diri. Tiga anaknya di perantauan semua.
<!--more-->
Nanik memegang erat foto anaknya di genggaman. Pandangannya sayu mengingat kembali nasib putrinya, Rahmania Ekananda dan dua cucu, Fazila Ammara (6 tahun), Fathima Ashalina (2,5 tahun).
Putri sulungnya itu semula ingin mengunjungi suaminya, yang bertugas di Pangkalan Udara (Lanud) Supadio Pontianak. Namun Sriwijaya Air SJ182 yang ditumpanginya ternyata kehilangan kontak di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu, 9 Januari 2021 pada pukul 14.47 WIB.
Nanik lalu mengingat-ingat bagaimana anaknya menghubungi beberapa hari lalu yang mengabarkan tentang hasil tes usap (swab) yang ternyata negatif. Tes itu sebagai persyaratan naik pesawat dari Jakarta ke Pontianak.
Kemarin, tiba-tiba, putrinya itu juga kembali mengirimkan foto cucu-cucunya yang tengah menunggu di ruang tunggu. Suami anaknya yang bernama Kolonel Teknik Akhmad Khaidir mendapat promosi dan diharuskan bekerja di luar daerah. Jabatannya kini sebagai Kepala Dinas Logistik (Kadislog) Pangkalan Udara (Lanud) Supadio Pontianak.
Nanik mengaku tidak mempunyai firasat apapun dengan kejadian ini. Ia mengingat saat menemani anaknya di Jakarta, putri pertamanya itu selalu tersenyum dan berusaha untuk menyenangkan hatinya dan keluarga.
Putrinya itu disebut sebagai sosok yang suka berbagi kepada orang lain dan perhatian pada orangtuanya. "Yang tidak bisa saya lupakan, dia suka memberi, selalu berbagi kepada orang lain," kata Nanik.
Kini, harapan Nanik untuk bisa melihat cucunya masuk sekolah pun sirna. Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air membuatnya pupus harapan.
<!--more-->
Dwi Agung, paman dari korban mengatakan sebenarnya dari pihak TNI sudah bersedia menyiapkan fasilitas kendaraan jika keluarga di Kediri ingin ke Jakarta guna memastikan kabar terbaru dari anggota keluarga penumpang Sriwijaya Air. Namun, tawaran itu akhirnya dibatalkan.
Keluarga sudah meminta agar anak ketiga Nanik yang di Denpasar, Bali, mengurus masalah tersebut bersama dengan suami Rahmania Ekananda. "Sebetulnya tadi malam semua ajudan suaminya (suami Rahmania Ekananda, penumpang Sriwijaya Air) sudah kontak. Tapi yang di sana (Jakarta) ngurusi adiknya," kata Dwi Agung.
Meski di tengah kesedihan di masa pencarian pesawat nahas tersebut, Nanik tetap berharap ada keajaiban, yakni Rahmania Ekananda dan anak serta pengasuh bisa ditemukan. "Saya masih berharap ada keajaiban dari Allah, mudah-mudahan bisa ketemu anak cucu saya," ujar Nanik Mardiyah.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air PK-CLC register SJ-182 jurusan Jakarta-Pontianak dinyatakan lost contact pada Sabtu, 9 Januari 2021. Sesuai dengan jadwal, pesawat berangkat jam 14.36 WIB dan tiba di Pontianak jam 15.44 WIB.
Mundur dari jadwal seharusnya, jam 13.35 WIB karena faktor cuaca. Namun, lost contact terjadi pada jam 14.44 WIB dengan titik terakhir di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu Jakarta.
Hingga kini tim pencarian dan pertolongan (SAR) telah menemukan jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air tersebut. Saat ini, jenazah itu dikumpulkan dalam lima kantong jenazah.
Hal itu dikemukakan Direktur Operasional Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman kepada jurnalis di Jakarta International Container Terminal (JICT) Jakarta Utara. Saat ini telah diserahkan tiga kantong berisi pecahana pesawat dan lima kantong tubuh manusia. Temuan itu diserahkan kepada Disaster Victim Identification (DVI) Polri dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diselidiki dan diperiksa.
ANTARA
Baca: 6 Fakta Soal Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182: Sempat Delay hingga Terbang Singkat