Sebut Vaksinasi Bukan Senjata Pamungkas, Epidemolog: Kita Harus Sadarkan Menkes
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 4 Januari 2021 12:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Pakar epidemologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan vaksinasi bukan senjata satu-satunya bagi pemerintah untuk memerangi Covid-19. Menurut Pandu, vaksin hanya alat sekunder bagi pencegahan penyebaran wabah virus corona.
“Kita harus sadarkan ke Pak Menteri Kesehatan Budi Gunadi, walau dia membantu penyiapan vaksin, vaksinasi bukan senjata pamungkas,” ujar Pandu saat dihubungi pada Senin, 4 Januari 2021.
Pandu mengatakan pemerintah saat ini harus lebih mempercepat pengetesan spesimen dan melakukan pelacakan penyebaran Covid-19. Selain itu, pemerintah perlu mempertegas implementasi aturan protokol kesehatan untuk mengurangi risiko penularan, seperti gerakan 3M. Gerakan 3M adalah memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
Di samping itu, Pandu berpendapat pemerintah tak dapat menggantungkan harapan terlalu tinggi terhadap vaksin Covid-19. Musababnya, klinis tahap tiga belum final sehingga efikasi dan efektivitas vaksin belum diketahui secara jelas.
“Prosedur kita itu terbalik. Belum apa-apa sudah pesan, sudah bayar, sudah datang. Seharusnya negosiasi (dengan produsen) vaksin dilakukan kalau efektivitasnya sudah terbukti lebih dari 80 persen baru dikirim,” ucapnya.
<!--more-->
Pemerintah sebelumnya telah mendatangkan tiga juta vaksin berbentuk vaksin jadi produksi Sinovac Biotech Ltd. Vaksin asal Cina itu akan mulai disuntikkan ke kelompok prioritas awal tahun ini.
Meski vaksin Sinovac telah masuk ke Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menunggu hasil uji klinis tahap III sebelum mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA). Saat ini, uji klinis telah memasuki tahapan penyelesaian.
Uuji klinis vaksin dilakukan di Bandung bersama PT Bio Farma (Persero). Para peneliti melakukan analisis terhadap data-data uji klinis sebagai data dukung khasiat dan keamanan vaksin dalam pemberian EUA.
"Badan POM terus memantau pelaksanaan uji klinik dan mengevaluasi hasil uji klinik untuk memastikan vaksin yang akan digunakan aman dan berkhasiat," ujar Kepala BPOM Penny Lukito 1 Januari 2021 lalu.
Uji klinik vaksin Sinovac di Indonesia dilakukan pada 1.600 subjek. Seluruh subjek telah mendapat pemberian dua kali suntikan. Selanjutnya akan dilakukan pemantauan keamanan dan khasiatnya secara periodik yaitu 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan setelah penyuntikan.
Baca: Kemenkes Targetkan Vaksinasi Covid-19 Dimulai Pekan Kedua dan Ketiga Januari
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | EGI ADYATAMA