Kembali Produksi Tahu Tempe Senin, Produsen: Harga Naik Jadi Rp 4.500 per 4 Ons
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Kodrat Setiawan
Minggu, 3 Januari 2021 18:10 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Ketua Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kota Bandung, Asep Nurdin memastikan aksi mogok produksi berakhir. Mulai Senin, 4 Januari 2021, pengrajin tahu tempe akan mulai berjualan kembali.
“Berakhir besok. Kita ingin harga naik. Ancer-ancernya 20-30 persen naiknya. Per potongan kecil paling naik Rp 50 rupiah. Yang biasa Rp 4 ribu jadi Rp 4.500 tiap potong 4 ons. Yang Rp 6 ribu jadi Rp 6.500,” kata dia, Minggu, 3 Januari 2021.
Asep mengklaim, kenaikan harga jual hanya untuk menutupi kenaikan harga bahan baku. Menurut dia, produsen tempe tahu tidak mengambil untung.
Asep mengatakan, produsen tahu-tempe terpaksa mengambil langkah mogok produksi selama tiga hari sejak 1 Januari 2021, dan berakhir hari Minggu, 3 Januari 2021. Harga kedelai impor yang melambung dari Rp 7 ribu menjadi Rp 9 ribu menggerus keuntungan produsen.
“Standarnya Rp 7 ribu, naik Rp 2 ribu. Jadi sudah agak susah untuk merekayasa lagi. Biasanya pengrajin cerdas, tapi kalau sudah Rp 9 ribu kemarin sudah enggak bisa,” kata Asep.
Produsen tahu tempe sudah berupaya menekan ongkos produksi mengimbangi kenaikan harga kedelai. Di antaranya dengan memperkecil ukuran tahu-tempe, hingga mengurangi produksi.
<!--more-->
“Kemarin sudah diperkecil, istilahnya, kemudian mengurangi produksi. Biasanya 100 kilogram jadi 75 kilogram. Sudah berbagai cara, tapi enggak kuat lagi,” kata Asep.
Dia mengatakan, produsen tahu-tempe dengan kapasitas produksi terbatas terpukul dengan kenaikan harga kedelai. “Yang repot itu yang produksi 150 kilogram ke bawah (per hari). Yang 50 kilogram misalnya, dia harus produksi sendiri, keliling jualan sendiri paling hanya dapat Rp 5 ribu. Yang kita bela itu,” kata dia.
Asep mengatakan, mayoritas produsen tahu-tempe di Kota Bandung misalnya memproduksi di bawah 200 kilogram per hari. Produsen tahu tempe dengan kapasitas produksi hingga kuintalan seharinya bisa dihitung dengan jari. “Kalau sudah di atas 5 kwintal itu mandiri. Yang kita bela di bawah 200 kilogram, mayoritas,” kata dia.
Asep mengatakan, aksi mogok terpaksa diambil untuk meminta pemerintah turun tangan mengatasi kenaikan harga bahan baku kedelai. “Bukannya tidak kasihan pada masyarakat, makanya pemerintah agar turun tangan dalam waktu dekat dengan memberikan subsidi harga (bahan baku kedelai). Misalkan dikasih subsidi Rp 2-3 ribu per kilogram,” kata dia.
AHMAD FIKRI