Resmi Dihentikan, Ini Rekam Jejak Proyek Kereta Cepat Malaysia-Singapura
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 2 Januari 2021 12:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Malaysia dan Singapura memutuskan menghentikan proyek pembangunan kereta cepat alias high-speed rail atau HSR yang menghubungkan dua negara. Atas penghentian proyek tersebut, Kuala Lumpur akan membayar kompensasi atas dana yang sudah dikeluarkan.
Dilansir dari Reuters, proyek kereta cepat antara dua negara ini sudah lama tertunda. Proyek tersebut pertama kali diumumkan pada 2013. Pembangunan jalur kereta sepanjang 350 kilometer yang menghubungkan Kuala Lumpur ke Singapura diperkirakan para analis akan menghabiskan biaya US$ 17 miliar atau sekitar Rp 237 triliun (asumsi kurs Rp 13.937 per dolar AS).
Proyek tersebut kemudian ditangguhkan pada 2018. Saat itu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berjanji akan memperketat keuangan dan meninjau kesepakatan besar yang dibuat pendahulunya, Najib Razak.
Pada Mei 2020 lalu, penangguhan tersebut diperpanjang enam bulan untuk kemudian diadakan diskusi tentang perubahan proyek. Malaysia telah mengusulkan beberapa perubahan pada proyek tersebut. Namun, dua negara tidak dapat mencapai kesepakatan sebelum masa penangguhan berakhir di 31 Desember 2020.
Kondisi tersebut kemudian diumumkan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong melalui sebuah pernyataan bersama. "Kedua negara akan mematuhi kewajiban masing-masing, dan sekarang akan melanjutkan tindakan yang diperlukan, sebagai akibat dari penghentian perjanjian HSR ini," kata pernyataan yang dirilis oleh kantor Muhyiddin.
<!--more-->
Menteri Ekonomi Malaysia Mustapa Mohamed, mengatakan, kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2016 tidak lagi dapat digunakan. Pasalnya kondisi ekonomi dan fiskal negara kini sangat terdampak pandemi Covid-19. Karena itu, mereka mengusulkan adanya perubahan pada struktur proyek dan desain stasiun.
Perubahan tersebut, tutur Mustafa, akan memberi Malaysia opsi pembiayaan yang lebih fleksibel dan memajukan fase konstruksi selama dua tahun untuk membantu meningkatkan pemulihan pasca pandemi negara.
"Malaysia dan Singapura akan bekerja sama untuk menentukan jumlah kompensasi yang harus dibayar," ujarnya. Pada 2018, Singapura mengatakan akan berusaha memulihkan lebih dari S$ 250 juta atau sekitar US$ 189,14 juta, jika Malaysia membatalkan proyek tersebut.
Sebelumnya, pengoperasian jalur kereta api tersebut telah ditetapkan untuk dimulai pada Januari 2031. Sumber Reuters menyatakan perusahaan dari Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Eropa telah menyatakan minatnya untuk memenangkan kontrak untuk membangun, mengoperasikan, dan membiayai proyek kereta itu.
CAESAR AKBAR | REUTERS
Baca: Resmi, Malaysia dan Singapura Batalkan Proyek Kereta Cepat Rp 237 Triliun