Harga Kedelai Meroket, Kemendag: Stok Cukup Hingga 3 Bulan Mendatang
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 2 Januari 2021 10:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto angkat bicara menanggapi lonjakan harga kedelai sebagai bahan baku industri tahu dan tempe belakangan ini.
Mengutip data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), Suhanto menyebutkan, saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton.
"Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000 sampai 160.000 ton per bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 sampai 3 bulan mendatang,” ujar Suhanto, Kamis, 31 Desember 2020.
Suhanto menjelaskan bahwa harga kedelai dunia tercatat sebesar mencapai US$ 12,95 per bushels. Angka tersebut naik 9 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level US$ 11,92 per bushels.
Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar US$ 461 per ton. Artinya, harga rata-rata komoditas itu naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat US$ 435 per ton.
Menurut Suhanto, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia adalah lonjakan permintaan kedelai dari Cina kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia.
<!--more-->
Per Desember 2020, permintaan kedelai China naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, menurut Suhanto, importir harus mengantisipasi pasokan kedelai sebab kondisi harga dunia melonjak dan pengapalan yang terbatas. Ia berharap importir yang masih memiliki stok kedelai dapat terus memasok secara berkesinambungan kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikkan harga.
Berdasarkan data BPS, harga rata-rata nasional kedelai pada Desember 2020 berada di level Rp 11.298 per kilogram. Harga ini turun 0,37 persen dibandingkan dengan November 2020 dan turun 8,54 persen dibandingkan Desember 2019.
Sebanyak 5.000 pelaku usaha kecil dan menengah atau UKM di DKI Jakarta menghentikan proses produksi tahu dan tempe selama tiga hari, terhitung mulai tanggal 1 hingga 3 Januari 2021. Mogok kerja ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap lonjakan harga kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram.
"Tanggal 1 Januari 2021 sampai 3 Januari 2021 para pengrajin tempe tahu, berhenti produksi," kata Sekretaris Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, Handoko Mulyo, di Jakarta, Jumat, 1 Januari 2021.
Rencana mogok kerja itu telah disampaikan kepada sekitar 5.000 produsen maupun pedagang tahu dan tempe di DKI Jakarta melalui surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 yang dikeluarkan Puskopti DKI Jakarta pada 28 Desember 2020.
BISNIS | ANTARA
Baca: Harga Kedelai Melonjak jadi Rp 9.200 per Kg, 5.000 UKM Mogok Produksi Tahu Tempe