Libur Akhir Tahun, Transaksi Konsumsi Masyarakat Diprediksi Menurun
Reporter
Ghoida Rahmah
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 29 Desember 2020 05:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perbankan nasional mengendus tanda-tanda kelesuan transaksi konsumsi masyarakat pada momen libur natal dan tahun baru kali ini. Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan kebijakan pengetatan aturan protokol kesehatan selama libur akhir tahun menjadi salah satu penyebab tertahannya laju konsumsi masyarakat.
“Kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya ada kenaikan, namun belum bisa menyamai transaksi tahun lalu, karena masih banyak pembatasan aktivitas dan liburan sehubungan dengan kebijakan pengendalian Covid-19,” ujarnya kepada Tempo, Senin 28 Desember 2020.
Meski demikian, sejumlah kanal merchant seperti e-commerce mencatatkan pertumbuhan yang konsisten dan positif seiring dengan perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja. “Transportasi juga naik lumayan banyak, hanya saja ticket size-nya relatif kecil-kecil,” ucap Lani.
Bank, kata dia, memantau perkembangan transaksi konsumsi masyarakat hingga awal Januari mendatang, khususnya yang bersumber dari instrumen kartu kredit. Sebab, instrumen ini terpukul cukup dalam kinerjanya sepanjang pandemi. “Secara tahunan pertumbuhannya masih negatif, dampak Covid-19 pada transaksi kartu kredit cukup dalam karena menurunnya transaksi yang berhubungan dengan travelling atau perjalanan,” katanya.
Kondisi tersebut turut diamini oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang mencatat penurunan tren transaksi tahunan hingga 10-15 persen. “Hampir semua lini segmen pembayaran untuk transaksi offline khususnya seperti ATM, mesin EDC (Electronic Data Capture), dan e-money mengalami penurunan,” ujar SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri, Thomas Wahyudi.
<!--more-->
Namun, secara rata-rata transaksi kartu khusus pada kuartal IV 2020 sudah menunjukkan perbaikan, yaitu meningkat 40 persen dibandingkan kuartal II dan meningkat 11 persen dibandingkan kuartal III.
Kebijakan pembatasan sosial berskala besar menyebabkan pergeseran perilaku masyarakat dimana sebelumnya masyarakat cenderung memilih bertransaksi langsung di toko fisik. “Tapi kini belanja online cenderung lebih disukai, karena tanpa perlu pergi ke mana-mana.”
Thomas mengatakan beberapa jenis usaha yang paling banyak mendulang transaksi sepanjang pandemi antara lain minimarket / convenience store, supermarket, fashion store, restoran, SPBU, produk dan layanan medikal, juga transportasi.
Sementara itu, peredaran uang tunai selama libur akhir tahun juga diproyeksikan menurun dibandingkan kebutuhan tahun-tahun sebelumnya. Bank Mandiri misalnya menyiapkan uang tunai sebesar Rp 15,1 triliun, atau menurun 8,2 persen dibandingkan alokasi di 2019.
“Penyebab utamanya karena dampak pandemi, sehingga diperkirakan akan mengurangi belanja masyarakat pada periode tersebut,” ucap Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha. Alokasi uang tunai itu akan disebar untuk kebutuhan penarikan tunai masyarakat di mesin-mesin ATM perseroan.
Pemangkasan ketersediaan uang tunai natal dan tahun baru kali ini turut dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BCA). Alokasi tahun ini menurun 34,5 persen menjadi Rp 30,5 triliun, dibandingkan periode 2019 sebesar Rp 46,6 triliun. “Tren penarikan ATM cenderung menurun dibandingkan sebelum kondisi pandemi, di sisi lain nasabah cenderung melakukan transaksi non tunai,” ujar Direktur BCA Santoso Liem.
Baca: Kemenko Perekonomian Sebut Belanja Pemerintah Jadi Daya Topang Utama Ekonomi