5 Kebijakan Bank Indonesia untuk Dukung Pemulihan Ekonomi 2021

Selasa, 22 Desember 2020 14:35 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan pemaparan dalam acara Digital Transformation For Indonesian Economy di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu, 11 Maret 2020. TEMPO menggelar acara diskusi bertajuk Digital Transformation For Indonesian Economy dengan tema Finding The New Business Models. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis ekonomi Tanah Air pada 2021 akan tumbuh positif sebesar 4,8-5,8 persen. Menurut Perry, pemulihan ekonomi terdorong oleh sejumlah instrumen kebijakan yang telah dirancang oleh pemangku kebijakan.

“Seluruh instrumen kebijakan kami berikan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” ujar Perry dalam Outlook Perekonomian Indonesia pada Selasa, 22 Desember 2020.

Perry menjelaskan, bank sentral telah merancang lima pokok kebijakan yang akan ditempuh pada tahun depan. Pertama, BI akan melanjutkan stimulus moneter.

Kebijakan ini memungkinkan BI tetap menetapkan suku bunga rendah dan likuditas yang longgar sampai tanda-tanda tekanan terhadap inflasi meningkat. Sebelumnya, BI telah menurunkan suku bunga hingga menjadi 3,75 basis poin. Ini merupakan angka terendah sepanjang sejarah.

Penurunan suku bunga bank sentral, kata Perry, harus diikuti dengan penurunan suku bunga kredit oleh perbankan. Sementara itu dari sisi likuiditas, Bank Indonesia telah melakukan pelonggaran kuantitatif leasing dengan jumlah besar mencapai Rp 694,9 triliun atau 4,49 persen dari PDB. Nilai ini merupakan yang terbesar di emerging market.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Kemudian kedua, Bank Indonesia akan mendukung pembiayaan ekonomi dengan melanjutkan kebijakan makroprudensial. Pada 2020, BI telah melonggarkan seluruh kebijakan makroprudensial yang berkaitan dengan likuiditas, uang muka, dan perkreditan yang mendukung sektor-sektor produktif.

Ketiga, Bank Indonesia akan bersinergi dengan Kementerian Keuangan untuk menetapkan kebijakan fiskal dan moneter. BI dan Kementerian Keuangan akan melanjutkan skema burden sharing atau pembagian beban. Kebijakan ini telah diputuskan bersama pada 16 April 2020 dan akan dilanjutkan sampai 31 Desember 2021.

“BI berpartisipasi dalam pambiyaan APBN melalui mekanisme pasar dan pembelian langsung,” tuturnya.

Keempat, BI akan terlibat dalam pembiayaan pembangunan untuk mendukung sektor keuangan. BI akan mendukung pembiayaan jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi, sekuritas, maupun pembiayaan lainnya.

Adapun kelima, Bank Indonesia akan mendukung ekonomi keuangan digital. Ekonomi digital digadang-gadang bisa mengakselerasi pertumbuhan keuangan melalui kegiatan transaksi elektronik di e-commerce hingga bank digital. BI akan menyambungkan digital banking atau fintech melalui interlink untuk kedua layanan.

Baca: Bank Indonesia dan Bank Thailand Sepakati Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

42 menit lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

15 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya