Pekan Ini IHSG Diperkirakan Melemah Dibayangi Aksi Ambil Untung
Reporter
Bisnis.com
Editor
Kodrat Setiawan
Senin, 21 Desember 2020 04:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih terkonsolidasi dalam jangka pendek walaupun masih berada dalam tren bullish.
Presiden Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan saat ini IHSG berpotensi koreksi karena berada pada rentang konsolidasi wajar. Pelemahan diproyeksikan terus terjadi apabila indeks tidak mampu bertahan di atas level resisten terdekat.
“Fluktuasi nilai tukar rupiah serta harga komoditas juga akan turut mewarnai pergerakan IHSG hingga beberapa waktu mendatang,” tulis William dalam riset harian, Minggu, 20 Desember 2020.
Senada, analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan secara teknikal pergerakan IHSG masih berada dalam tren bullish. Kendati demikian, indeks rentan terkoreksi jangka pendek. Apalagi, IHSG terpantau sudah menguat signifikan sejak awal bulan ini sebesar 14,55 persen.
“Investor masih fokus akan perkembangan stimulus di Amerika Serikat, Di sisi lain, ada kekhawatiran dari lonjakan kasus Covid-19,” tulis Dennies.
William pun memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang 5.920 - 6.123 pada perdagangan awal pekan ini dengan saham pilihan UNVR, AALI, JSMR, CTRA, ITMG, WIKA, dan MYOR.
<!--more-->
Sedangkan Dennies memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang 6.082 - 6.133 dan 6.112 - 6.163 dengan saham pilihan PTPP, ADHI, dan PPRE.
Adapun, pelemahan pasar saham akibat aksi ambil untung atau profit taking tidak hanya terjadi di Indonesia. CIO Reyl & Cie Cedric Ozazman mengatakan bahwa indikator sentimen belakangan ini mengarah kepada euforia pasar.
“Orang-orang sekarang masuk berinvestasi di tengah kekhawatiran bakal melewatkan ‘reli Santa Claus’,” kata Ozazman di Jenewa, Swiss, seperti dikutip Bloomberg.
Portfolio Manager Gradient Investments Keitg Gangl mengatakan penguatan pasar saham yang sudah terjadi selama November dan awal Desember membuat aksi ambil untung menjadi wajar dilakukan investor.
“Jika terjadi sell off seharusnya tidak terlalu mengejutkan. Ini merupakan kebiasaan dan sudah diperkirakan bakal terjadi,” kata Gangl.
BISNIS