Baris belakang (dari kiri) Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sis Apik Wijayanto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hery Gunardi, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Catur Budi Harto, Direktur Bisnis Indonesia Financial Group Pantro Pander Silitonga, baris depan (dari kiri) Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Toni EB Subari dan Direktur Utama PT Bank BRIsyariah Tbk Ngatari berfoto bersama seusai mengikuti penandatanganan Conditional Merger Agreement untuk Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN di Jakarta, Senin 12 Oktober 2020. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri BUMNKartika Wirjoatmodjo menyebut pertumbuhan pasar Bank Syariah Indonesia (BSI) hasil merger tiga bank syariah milik Himbara, akan melampaui bank konvensional karena didukung jangkauan cabang dan pegawai yang besar.
“Pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) dan aset syariah selama ini memang lebih tinggi dari bank konvensional,” kata Kartika usai penandatanganan akta penggabungan tiga bank syariah milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di Jakarta, Rabu, 17 Desember 2020.
Tak hanya itu, lanjut dia, dengan keunggulan yang dibawa masing-masing bank induk yakni BRI dengan segmen mikro, BNI segmen konsumer dan Bank Mandiri segmentasi wholesale, akan mendorong kompetisi yang semakin lengkap.
Selain itu, didukung teknologi, SDM dan manajemen risiko diharapkan mendorong Bank Syariah Indonesia menjadi bank kompetitif untuk meningkatkan peran ekonomi Islam dan produk halal.
“Bank Syariah Indonesia ini diharapkan secara skala akan mampu berperan secara signifikan dengan penggabungan ini memiliki aset Rp 210 triliun,” katanya. <!--more--> Menurut dia, kehadiran BSI diharapkan menjadi liaison yang menghubungkan dengan pasar global sukuk. “Karena kita pahami Indonesia sebagai negara yang sangat membutuhkan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur,” katanya.
Selama ini, lanjut dia, Indonesia belum banyak menggunakan keuangan syariah untuk membangun infrastruktur misalnya dari sukuk di antaranya untuk pembiayaan tol dan pembangkit listrik.
Sementara itu, penandatanganan akta penggabungan tiga bank syariah milik Himbara ini akan menjadi langkah awal untuk merger yang legal dan sedianya akan berlaku Februari 2021.