KLHK Sebut Tiga Kendala Masyarakat Sulit Beralih dari Pertalite dan Premium
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 11 Desember 2020 13:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dasrul Chaniago mengemukakan tiga alasan sulitnya masyarakat beralih ke penggunaan bahan bakar minyak atau BBM ramah lingkungan. Pertama, kata dia, harga BBM dengan kadar oktan tinggi jauh lebih mahal.
“BBM ramah lingkungan seperti Pertamax 92, Pertamax Turbo, dan Dex lebih mahal dibanding BBM kualitas rendah seperti Premium, Pertalite, dan Solar,” ujar Dasrul dalam diskusi bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Juma, 11 Desember 2020.
Harga yang lebih tinggi membuat minat masyarakat terhadap pembelian BBM dengan oktan lebih dari 92 cenderung lemah. Pada 2019, KLHK mencatat penjualan BBM Pertamax Turbo hanya 0,6 persen. Sedangkan persentase penjualan Pertamax RON 92 hanya 11,3 persen.
Sebaliknya, penjualan BBM jenis Pertalite (RON 90) justru merajai dengan angka mencapai 55 persen. Sementara itu, penjualan BBM Premium (RON 88) sedikit berada di bawahnya, yakni 33 persen.
“Masyarakat cenderung membeli BBM dengan oktan rendah meski teknologi motor sekarang sudah tidak sesuai dengan Premium, Pertalite, atau Solar,” ujarnya.
Kendala kedua, Dasrul mengakui varian BBM di Indonesia terlalu banyak. Semestinya, jenis BBM hanya terbatas dan menyesuaikan dengan teknologi kendaraannya. Misalnya, kendaraan dengan standar emisi euro 2-3 dan kendaraan dengan standar euro 4.
<!--more-->
Adapun kendala ketiga, saat ini Dasrul mengakui stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU yang ramah lingungan masih terbatas. Sampai 31 Juni 2020, total SPBU yang menyediakan Pertamax Turbo hanya 1.058 dari total 5.752 titik. “Ini sama dengan 18 persennya,” tuturnya.
Pemerintah beberapa waktu lalu mewacanakan penghapusan BBM Premium secara bertahap yang akan dimulai pada 1 Januari 2021. Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi, penghapusan Premium merupakan keputusan tepat.
"Saatnya bagi pemerintah untuk menghapus BBM Premium dan menurunkan harga BBM Pertamax dalam waktu dekat ini," kata Fahmy.
Alasannya, kata dia, Premium termasuk jenis BBM beroktan rendah yang menghasilkan gas buang dari knalpot kendaraan bermotor dengan emisi tinggi. Jenis BBM dengan emisi tinggi termasuk tidak ramah lingkungan hingga membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
Namun, langkah penghapusan BBM Premium di masa pandemi akan menambah beban masyarakat. Karena itu, Fahmy menyarankan PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM Pertamax. Penurunan harga bisa dilakukan lantaran tren harga harga minyak dunia masih cenderung rendah.
Baca: Kabar BBM Premium Dihapus per Januari 2021, Respons Menteri ESDM?