Ingin Beli atau Jual usai Saham Farmasi Meroket? Simak Dulu Saran Analis

Kamis, 10 Desember 2020 07:00 WIB

Pergerakan Index Harga Saham Gabungan pada layar monitor di Jakarta, Jumat, 6 November 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat di tengah kenaikan bursa global yang menyambut Pilpres AS 2020. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi kenaikan harga saham emiten farmasi yang signifikan, analis menyarankan investor untuk tidak terburu-buru menjual ataupun membeli saham sektor tersebut.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan saham emiten farmasi memang masih berpeluang menguat, namun dia merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu.

“Untuk saat ini tren penguatan [saham farmasi] secara teknikal masih ada, namun saham-saham tersebut rawan mengalami taking profit,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu 9 Desember 2020.

Sebagai informasi, selama dua hari awal perdagangan pekan ini, saham-saham sektor farmasi seakan bergerak liar.

Dari 12 saham farmasi yang melantai di bursa, 7 di antaranya ditutup pada zona hijau pada perdagangan Selasa lalu.

Advertising
Advertising

Penguatan saham farmasi dipimpin oleh emiten pelat merah PT Indofarma Tbk. (INAF) dengan kenaikan sebesar 11,58 persen diikuti dengan emiten farmasi swasta PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) sebesar 10,79 persen.

<!--more-->

Saham emiten pelat merah lainnya yakni PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) juga mengekor dengan penguatan sebesar 8,58 persen. Bersamaan dengan itu pula, saham emiten farmasi swasta PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) juga naik 6,09 persen.

Selain saham emiten farmasi, saham emiten distributor alat kesehatan yang memiliki produk jarum suntik sekali pakai, PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) juga ikut-ikutan menguat 6,6 persen.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin kemarin, saham INAF, KAEF, PYFA dan IRRA mencatatkan kenaikan harga saham signifikan hingga diberi label auto reject atas oleh otoritas karena menguat hingga mendekati angka 25 persen.

Secara teknikal, Hendriko memperkirakan KAEF berada pada level support Rp4.430-Rp4.590 dan resisten Rp5.400-Rp5.450. Sementara, INAF memiliki level support Rp4.230-Rp4.350 dan resisten Rp5.250.

IRRA, lanjutnya, memiliki level support Rp1,450-Rp1.480 dan resisten Rp1.715-Rp1.775, sedang PYFA memiliki level support Rp1.130-Rp1.175 dan resisten Rp1.420-Rp1.575. Lebih lanjut, TSPC mempunyai level support Rp1.460-Rp1.500 dan resisten Rp1.700-Rp1.735.

<!--more-->

Sebagai informasi, penguatan saham farmasi memang tak lepas dari sentimen vaksin yang dikonfirmasi telah sampai di Tanah Air pada Minggu 6 Desember 2020 malam.

Vaksin buatan Sinovac sebanyak 1,2 juta unit tersebut dibawa oleh Pesawat Garuda Indonesia dengan suhu tertentu untuk menjaga kualitasnya.

Vaksin Covid-19 tersebut dijadwalkan akan mengikuti jalur uji klinis di Bandung, kantor pusat holding BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero).

Baca: Analis: Sentimen Positif Vaksin Covid di Pasar Modal Segera Pudar

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

14 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

3 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

7 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Ketergantungan Impor Produk Farmasi dan Alat Kesehatan

7 hari lalu

Jokowi Sebut RI Ketergantungan Impor Produk Farmasi dan Alat Kesehatan

Presiden Jokowi mengharapkan industri kesehatan dalam negeri makin diperkuat.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

7 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

7 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

8 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

10 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

14 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

14 hari lalu

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

Pasca-serangan Iran ke Israel, perekonomian Asia ditengarai melemah diikuti dengan beragam fenomena yang terjadi. Bagaimana dampak bagi Indonesia?

Baca Selengkapnya