Gubernur BI Pastikan Lanjutkan Kebijakan Suku Bunga Rendah, Sampai Kapan?
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 8 Desember 2020 03:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bank sentral akan meneruskan kebijakan suku bunga rendah pada tahun depan. Saat ini, suku bunga acuan Bank Indonesia berada pada kisaran 3,75 persen.
"Ini paling rendah sepanjang sejarah dan akan kami lanjutkan terus suku bunga rendah sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi meningkat," ujar Perry dalam konferensi video, Senin, 7 Desember 2020.
Pada kebijakan moneter, Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan likuiditas longgar. Saat ini, BI sudah melakukan kebijakan pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing sebanyak Rp 682 triliun atau 4,4 persen dari Produk Domestik Bruto.
"Quantitative easing terbesar di antara emerging market. Ini akan terus kami jaga untuk mendorong pemulihan ekonomi dari sisi permintaan dan penyaluran kredit, serta pembiayaan perbankan dan sektor keuangan," tutur Perry.
Terakhir, Perry mengatakan bahwa kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah juga tetap akan menjadi prioritas di 2021. Sebab, ia mengatakan stabilitas rupiah akan mendukung pemulihan ekonomi nasional. "Kami masih memandang rupiah bergerak stabil dan berpotensi menguat."
Dalam kesempatan yang sama, Perry melihat pemulihan ekonomi di Tanah Air tengah berlangsung. Sehingga, diperkirakan pertumbuhan ekonomi bakal mulai tumbuh positif pada kuartal IV 2020. Meskipun, pertumbuhan itu masih sangat kecil.
<!--more-->
"Tapi tahun depan kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada antara 4,8 hingga 5,8 persen didukung oleh konsumsi, ekspor, dan investasi," ujar Perry.
Seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi, Perry memperkirakan inflasi pada tahun depan akan berada dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen dari Produk Domestik Bruto. Angka itu naik dari perkiraan pada akhir tahun ini yang berada di kisaran 1,5 persen PDB.
Selanjutnya, Perry berujar rupiah juga akan berada pada level stabil dan cenderung menguat. Begitu pula stabilitas eksternal yang terjaga dengan defisit neraca transaksi berjalan tahun ini akan berada di bawah 1,5 persen PDB dan tahun depan di kisaran 1,5 persen PDB.
"Stabilitas sistem keuangan juga terjaga, kami perkirakan meskipun sekarnag kredit itu rendah, tapi tahun depan dengan proses perbaikan ekonomi, pertumbuhan kredit dan pertubuhan dana pihak ketiga berkisar antara 7-9 persen," tuturnya.
Dengan demikian, Perry meyakini proses pemulihan ekonomi terus berlangsung dan untuk itu, optimisme akan pertumbuhan ekonomi dan prospek ekonomi tahun depan yang lebih baik perlu didorong.
Meskipun demikian, prospek ekonomi yang lebih baik itu, menurut Perry memerlukan sinergi semua pihak dan memerlukan satu kondisi prasyarat, yaitu vaksinasi yang telah dimulai dan penerapan disiplin protokol kesehatan yang tetap berjalan. Mengingat, persoalan yang dihadapi saat ini bersumber dari Covid-19 yang belum terkendali.
CAESAR AKBAR