Effendi Gazali Kembali Tantang Susi Pudjiastuti Debat Soal Ekspor Benih Lobster
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Kodrat Setiawan
Senin, 30 November 2020 11:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemangku-Kepentingan dan Konsultasi Publik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP2-KKP) Effendi Gazali kembali menantang mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, berdebat soal ekspor benih bening lobster atau BBL. Ajakan itu menjawab cuitan Susi beberapa waktu lalu yang mengunggah berita tentang Effendi terkait polemik ekspor benih lobster.
“Di media sosial ada kalimat apakah Effendi masih berani diskusi dengan Bu Susi setelah penangkapan (Edhy Prabowo). Saya siap diskusi. Ayo di mana, apakah di DPR, di media, mudah-mudahan Bu Susi hadir,” katanya dalam webinar bersama Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Senin, 30 November 2020.
Effendi akan memberikan masukan terhadap Susi terkait ekspor benih lobster berdasarkan kajiannya. Sebab dalam dua tahun terakhir, dia mendalami program ini secara serius.
Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, Effendi mengatakan selama Susi menyetop ekspor benur, penyelundupan terhadap komoditas itu masih terus terjadi. Eksportir, kata dia, mengirimkan benih melalui Singapura ke negara-negara tujuan seperti Vietnam.
Dalam debat, Effendi juga ingin menanyakan soal potensi benih lobster yang mencapai 850 miliar per tahun. Saat menjabat, kata Effendi, Susi mengatakan benur belum bisa diternakkan seperti udang faname.
Padahal di seluruh dunia, seperti Australia, Effendi menekankan sudah banyak hatchery yang menernak lobster. Lobster ini pun bisa dipindahkan ke tambak sehingga memiliki nilai tambah.
<!--more-->
Peneliti Indonesia Corruption Watch atau ICW, Tama Langkun, mengatakan berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik, ekspor benur tetap terjadi meski dilarang pada era kepemimpinan Susi Pudjiastuti. “Ada nilai ekspor benih 273 kilogram pada 2019. meski nilainya kecil, ini fakta ketika dilarang pun ekspor tetap terjadi,” katanya.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mengendus aliran dana dari luar negeri yang diduga mendanai pengepul membeli benur tangkapan lokal. Pada 2019, nilainya mencapai Rp 300-900 miliar.
Susi menjawab ajakan debat itu dengan singkat. “Suruh debat sama nelayan namanya Rahman,” kata dia melalui pesan pendek.
Susi tidak menjelaskan informasi detail soal nelayan tersebut. Sedangkan terkait adanya dugaan penyelundupan benur pada era kepemimpinannya, Susi belum memberikan respons.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | KORAN TEMPO
Baca juga: Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Apa Kata Susi Pudjiastuti?