Harga Emas Anjlok di Bawah Rp 950.000 per Gram, Bagaimana Proyeksi ke Depan?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 29 November 2020 09:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas dunia yang jeblok hingga di bawah US$ 1.800 per troy ounce seiring optimisme pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi, diikuti dengan penurunan harga emas di dalam negeri. Saat ini harga logam mulia tersebut sudah dibanderol di bawah Rp 950.000 per gram.
Data Bloomberg menunjukkan harga emas Comex untuk kontrak Februari 2021 turun 1,28 persen secara harian ke level US$ 1.788,10 per troy ounce. Bila dibandingkan pada rekor tertinggi pada Agustus 2020 lalu, harga emas kala itu mencapai US$ 2.000 per ounce, harga emas saat ini sudah sangat merosot.
Terkait hal ini, analis OANDA Craig Erlam memperkirakan harga emas yang menyentuh di bawah level kunci US$ 1.800 per troy ounce bakal memicu aksi jual. "Kemungkinan harga akan menguji level US$ 1.750, saat kami memiliki alasan fundamental yang kuat seperti vaksin," ucapnya.
Indeks dolar AS yang jatuh, menurut dia, biasanya mendukung emas. Tetapi analis pasar percaya hal itu tidak berdampak pada logam mulia karena investor telah menggunakan dolar AS sebagai tempat berlindung yang aman yang mirip dengan emas selama pandemi Covid-19.
Semakin membebani emas, pasar saham AS berpacu ke rekor tertinggi di tengah optimisme vaksin. Investor juga berani bertaruh perdagangan global lebih tenang di bawah pemerintahan Joe Biden yang baru terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
<!--more-->
Presiden AS Donald Trump mengatakan jika Electoral College memilih Biden, dia akan meninggalkan Gedung Putih. Tentu hal itu membuka jalan bagi Biden untuk secara resmi menjabat sebagai presiden.
“Namun, dengan suku bunga yang sangat rendah dan prospek stimulus ekonomi yang lebih besar, emas terlihat kuat dalam jangka panjang,” kata analis Natixis, Bernard Dahdah Dahdah.
Dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 di antaranya telah membuat bank-bank sentral global menekan tingkat suku bunga. Bersamaan dengan itu, sejumlah besar stimulus ke dalam perekonomian telah menimbulkan kekhawatiran akan inflasi yang lebih tinggi, membantu emas melonjak lebih dari 17 persen sepanjang tahun ini.
Di sisi lain, walaupun kabar soal vaksin menekan harga emas hingga ke level terendah dalam empat bulan, potensi untuk rebound masih ada. Dilansir dari Kitco News, analis di CBIC memperkirakan harga emas tahun depan bakal menyentuh US$ 2.300 per troy ounce.
CIBC menjelaskan hal itu terjadi karena dunia masih menghadapi dampak ekonomi akibat Covid-19. Kehadiran vaksin, tidak serta merta membuat perekonomian kembali bugar. CBIC menilai, terlalu dini untuk menganggap vaksin sebagai penentu permainan dalam dinamika perekonomian global.
BISNIS
Baca: Transaksi Emas di Tokopedia Tumbuh Puluhan Kali Lipat