Galang Pemodal dari Belanda, Kepala BKPM Promosikan UU Cipta Kerja
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 20 November 2020 09:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan kunjungan ke Amsterdam. Dia bertemu empat bos perusahaan multinasional atau korporasi global yang bergerak di beberapa sektor industri.
Keempatnya adalah perusahaan Verstegen, FrieslandCampina, Wavin B.V., dan Infineon. Lawatan Bahlil sekaligus memenuhi undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk mensosialisasikan Undang-Undang Cipta Kerja kepada pelaku usaha di Negeri Kincir Angin.
“Mereka antusias pasca-disahkannya UU Cipta Kerja. Ada yang ingin segera masuk ke Indonesia," ujar Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Ikmal Lukman dalam keterangannya, kemarin, 19 November 2020.
Ikmal menjelaskan, ada pula perusahaan yang sudah masuk dan ingin melakukan peningkatan produksi serta perluasan pabrik. Dia mengklaim pertemuan ini menjadi sentimen positif bagi investasi di tengah pandemi.
"Pemerintah tidak hanya ingin meningkatkan jumlah investasi yang masuk, tapi juga diversifikasi asal investasi,” tutur Ikmal.
<!--more-->
Berdasarkan catatan BKPM, performa Belanda berada di peringkat keenam negara dengan investasi terbanyak di Indonesia sejak 2015. Investasi dari Belanda berjumlah US$ 8,8 miliar.
Adapun Belanda merupakan negara Eropa pertama dalam peringkat 10 besar investasi Indonesia. Berdasarkan sektornya, minat investasi Belanda di Indonesia tercatat pada bidang listrik, gas, dan air 35,1 persen.
Kemudian transportasi gudang dan telekomunikasi 22,5 persen; pertambangan 17,3 persen; industri kimia dan farmasi 6,5 persen; industri makanan 4,7 persen; serta sektor lainnya 13,8 persen.
UU Cipta Kerja telah disahkan oleh DPR pada Oktober lalu meski mendapat sejumlah penolakan dari elemen masyarakat. Kelompok masyarakat menganggap beberapa pasal dalam UU ini merugikan bagi masyarakat, terutama buruh.
Baca: BKPM Sebut Agar Ekonomi Ri 6 Persen, Perlu Investasi Rp 4.983,2 T