Di Depan KPK, Sri Mulyani Bicara 4 Dilema Kebijakan Covid-19

Rabu, 18 November 2020 12:50 WIB

Menkeu Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait laporan APBN 2019 di Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. Menkeu menyatakan realisasi APBN 2019 masih terarah dan terkendali meskipun terjadi defisit sebesar Rp353 triliun atau sebesar 2,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut empat dilema yang muncul dalam mengambil kebijakan di tengah pandemi Covid-19. Keempat dilema ini, menurut dia, harus selalu terus diatasi.

"Tidak ada situsi yang ideal," kata Sri Mulyani dalam acara Anti Corruption Summit 4 secara virtual pada Rabu, 18 November 2020. Acara ini ikut dihadiri oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri.

Dilema pertama yaitu antara data historis atau data proyeksi. Menurut Sri Mulyani, Ketika diketahui dampak Covid-19 mungkin terus berlanjut, maka kebijakan juga dibuat berdasar data proyeksi.

Tapi, ini bisa menjadi masalah ketika hanya dilihat dari sisi hukum saja. "Karena banyak perkara hukum ditanyakan, datanya tidak menyatakan begitu, itu hanya forecast," kata dia.

Dilema kedua yaitu antara kecepatan dan akurasi. Di tengah Covid-19, pemerintah harus cepat menyalurkan bantuan kepada masyarakat. "Karena Covid itu tidak pakai kata pengantar, dia langsung naik dan memukul," kata dia.

Advertising
Advertising

Tapi di sisi lain, Sri Mulyani mengakui data penerima pun tidak sepenuhnya akurat. Di lapangan, sejumlah kasus memang terjadi kesalahan penyaluran bantuan. Tapi akhirnya, Sri Mulyani menyebut pemerintah memilih tetap menyalurkan bantuan, sembari memperbaiki data yang ada.

<!--more-->

Dilema ketiga antara fleksibilitas dan compliance. Di tengah masa krisis ini, Sri Mulyani menyebut perlu ada fleksibilitas dalam pembuat keputusan. "Kami komunikasi dengan DPR bagaimana mendesain APBN fleksibel, tapi tetap akuntabel," kata Sri Mulyani.

Inilah kenapa UU Covid-19 lahir, yang memungkin penyederhanaan pengalokasian APBN di tengah pandemi. Walau kemudian, cara ini diprotes masyarakat dan sedang digugat di Mahkamah Konstitusi (MK).

Dilema keempat antara pemerintah dan Bank Indonesia dalam pembiayaan defisit. Dalam paparannya, Sri Mulyani menyebut Indonesia tidak memiliki kemewahan seperti yang dimiliki Amerika Serikat atau Uni Eropa dalam mencetak uang tanpa ada biaya.

Di Indonesia, kata dia, setiap penambahan Rp 1 rupiah, menciptakan beban bunga 8 persen. "Siapa yang akan menjadi penanggungnya?" tulis Sri Milyani.

Tapi, Sri Mulyani tidak menjelaskan bagian ini. Akan tetapi, sejumlah pihak memang sempat mengusulkan pemerintah mencetak uang untuk membiayai defisit. Pilihan itu ditolak oleh pemerintah dan BI.

Sebagai gantinya, pemerintah merombak aturan yang memungkinkan BI membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar primer. Semula, BI hanya bisa memberi surat utang di pasar sekunder.

Baca: Sri Mulyani Beberkan Klaster yang Serap Anggaran Pemulihan Ekonomi Paling Rendah

Berita terkait

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

7 jam lalu

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

9 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

11 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

17 jam lalu

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

1 hari lalu

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

Nurul Ghufron dinilai panik karena mempermasalahkan prosedur penanganan perkara dugaan pelanggaran etiknya dan menyeret Alexander Marwata.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

1 hari lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya