Wisata Alam Jadi Tren di Masa Pandemi, Ini Strategi Pelaku Usaha
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 17 November 2020 17:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Para penyedia jasa perjalanan mengembangkan layanan wisata alam bertema petualangan yang belakangan menjadi tren. Sekretaris Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno, mengatakan model wisata tersebut cocok untuk era pandemi Covid-19, saat pelancong cenderung menghindari objek wisata ramai. Berbagai asosisasi agen akhirnya menggelar konsolidasi secara virtual untuk mempertemukan operator perjalanan dengan penyedia paket adventure.
“Jadi anggota kami punya lebih banyak segmen layanan yang bisa didagangkan ke wisatawan domestik,” ucapnya kepada Tempo, Senin 16 November 2020.
Astindo yang beranggotakan lebih dari 9.500 agen entitas maupun perorangan, kata Pauline, sudah mengadakan tiga sesi travel mart atau pertemuan antar pebisnis wisata pada September dan Oktober lalu.
Asosiasi menggandeng Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) yang menaungi seluruh asosiasi penyedia wisata alam di Indonesia. Alhasil, para penyedia tur bisa menjalin kerjasama bisnis dengan operator wisata selam, pendakian, paralayang, dan sebagainya. “Jadi kami bisa mendongrak promosi paket itu,” tuturnya.
Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (Pacific Asia Travel Association/PATA) pun mengadakan kegiatan serupa pada 12 dan 13 November lalu, diikuti belasan asosiasi wisata dari Indonesia, termasuk Astindo. Chief Executive Officer PATA Indonesia, Poernomo Siswoprasetijo, mengatakan organisasinya berupaya membangkitkan dunia wisata melalui berbagai kegiatan online.
<!--more-->
PATA diketahui beranggotakan empat ribu entitas dari berbagai negara. “Mengajak wisatawan nusantara untuk jangan ragu traveling di dalam negeri selama era new normal,” ucapnya, melalui keterangan tertulis.
Ketua Assosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI), Cecilia Vita, pendakian sudah lama menjadi model wisata yang digandrungi konsumen. “Makanya kita berlomba meningkatkan kualitas perjalanan, termasuk sertifikasi para pemandunya," paparnya.
Staf Khusus Komunikasi sekaligus Juru Bicara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Prabunindya Revta Revolusi, mengatakan lembaganya pun mendorong konsolidasi online untuk menjaga gairah bisnis para pelaku usaha.
Beberapa event yang sempat digelar dengan skema tersebut selama pandemi ini adalah Indonesia Triathlon Series Mandalika, Prambanan Jazz, Dieng Culture Festival (DCF), serta tur maya bertajuk 'Travel Virtual Heritage'. “Ini upaya untuk tetap memberikan awareness pada pelaku untuk mempromosikan destinasi wisata,” ujarnya.
Baca: Kemenparekraf Sebut Wisata Petualangan Lebih Diminati di Masa Pandemi
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS