Pekerja sedang membersihkan logo bank BCA di Jl. Jend Sudirman, Jakarta, Jum'at (26/12). BI menilai industri perbankan tidak perlu mengerem penyaluran kredit di sektor properti pada 2009 meskipun pertumbuhan ekonomi tidak terlalu besar. TEMPO/Wahyu S
TEMPO.CO, Jakarta -Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn mengatakan per September 2020, jumlah uang elektronik Flazz BCA yang beredar tercatat sebesar 18 juta kartu. Sementara itu, transaksi uang elektronik Flazz BCA year to date pada September 2020 sebesar 494 juta transaksi.
Hera menyatakan meskipun kondisi aktivitas masyarakat akibat pembatasan sosial berskala besar atau PSBB berkurang terutama di sektor transportasi, di tengah situasi pandemi Covid-19, terjadi peningkatan transaksi uang elektronik perseroan.
"Kondisi peningkatan transaksi terutama disebabkan peningkatan jumlah pengguna, meskipun aktivitas masyarakat akibat PSBB berkurang terutama di sektor transportasi, di tengah situasi pandemi Covid-19," katanya kepada Bisnis, Senin, 9 November 2020.
Dia menambahkan bahwa BCA mencermati bahwa inovasi digital sektor perbankan dan finansial harus terus dilakukan dalam rangka memenuhi tren dan kebutuhan transaksi yang lebih cepat, aman, dan nyaman secara digital.
Menurutnya, dengan Kartu Flazz BCA, nasabah cukup dimudahkan karena merupakan alat pembayaran untuk transaksi pembayaran barang atau jasa dengan mendebit dana yang tersimpan pada Kartu Flazz.
Sementara itu, BNI dan Mandiri mencatat terjadi peningkatan transaksi uang elektronik ketika pembatasan sosial skala besar (PSBB) kembali diperlonggar. <!--more--> BNI mencatat pada Oktober 2020, secara umum terjadi peningkatan volume transaksi TapCash 22,5 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Bank Mandiri juga mencatat adanya peningkatan rata-rata transaksi harian sebesar 14 persen e-Money yang bertahan hingga akhir Oktober (PSBB transisi tahap II).
BI dan Kemenkeu Beda Proyeksi Kurs di RAPBN 2025, Ekonom: Satu Moneter, Satu Fiskal
22 hari lalu
BI dan Kemenkeu Beda Proyeksi Kurs di RAPBN 2025, Ekonom: Satu Moneter, Satu Fiskal
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan, perbedaan proyeksi nilai tukar rupiah antara BI dan Kemenkeu wajar karena BI memandang dari sisi moneter, sedangkan Kemenkeu dari sisi fiskal.