Pengunjung berbelanja di salah satu gerai di Kuningan City, Jakarta, Jumat 14 Agustus 2020. Sejumlah pelaku usaha ritel menyelenggarakan Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) menyambut perayaan HUT Kemerdekaan RI yang dimulai pada tanggal 14-30 Agustus 2020. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi yakin penjualan retail barang konsumsi bakal tetap positif pada 2021 karena didorong momentum pemulihan ekonomi dan keberadaan vaksin.
“Optimisme di tengah rencana distribusi vaksin membuat prospek retail positif, tak terkecuali untuk FMCG (fast moving consumer goods) yang tidak terlalu terkontraksi tahun ini,” kata Fernando saat dihubungi Bisnis, Rabu, 4 November 2020.
Hal ini didukung pula oleh kian beragamnya kanal penjualan yang ditawarkan peretail, baik lewat gerai maupun secara daring. Dia mengatakan pandemi telah mengakselerasi perkembangan omnichannel yang awalnya diramal baru dilakukan 3 tahun lagi.
Meski demikian, Fernando tak memungkiri jika beragamnya kanal penjualan ini memberi tantangan tersendiri. Terlebih untuk mengimbangi kebiasaan konsumen yang cenderung membeli barang konsumsi dalam jumlah banyak dalam sekali belanja.
Untuk menyiasati biaya pengiriman, Fernando menilai hambatan tersebut akan amat tergantung pada strategi masing-masing peritel.
“Semua akan tergantung strategi masing-masing. Kami peritel sebenarnya lebih ke penyedia tempat. Oleh karena itu kolaborasi dengan vendor, pemasok, dan marketplace bisa menjadi solusi,” ujarnya.# <!--more--> Sebelumnya, Staf Ahli Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dan pengamat retail Yongky Susilo mengatakan pertumbuhan penjualan fast moving consumer goods (FMCG) pada 2021 bakal amat tergantung pada performa di general trade atau di toko tradisional.
Penjualan di segmen ini tercatat mengalami kontraksi dalam lantaran daya beli kelompok menengah ke bawah yang kehilangan daya beli.
Dengan jumlah toko mencapai 3,5 juta unit secara nasional, kontribusi penjualan FMCG di general trade menyumbang sampai 65 persen setiap tahunnya. Tetapi, dengan kontribusi yang besar itu, penjualannya justru tumbuh negatif.
Yongky mencatat pertumbuhan penjualan di toko tradisional mengalami penurunan sebesar -12 persen selama Januari-September 2020. Sementara untuk penjualan di segmen toko modern masih tumbuh sebesar 2 persen.
Bapanas Naikkan Harga Acuan Gula Jadi Rp 17.500 per Kilogram
15 hari lalu
Bapanas Naikkan Harga Acuan Gula Jadi Rp 17.500 per Kilogram
Badan Pangan Nasional (Bapanas) merespons kenaikan harga gula di tingkat konsumen. Saat ini harga gula sudah jauh melampaui Harga Acuan Pemerintah (HAP) Rp 15.500 per kilogram. Karena itu, Bapanas menaikan HAP gula mulai 5 April 2024 menjadi Rp 17.500 per kilogram.