Trending Bisnis: OJK Bekukan 3 Entitas hingga Sri Mulyani Soal Milenial Beli SBN
Reporter
Tempo.co
Editor
Kodrat Setiawan
Rabu, 21 Oktober 2020 07:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Berita trending ekonomi dan bisnis sepanjang Selasa, 20 Oktober 2020, dimulai dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK membekukan tiga entitas usaha hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati senang karena makin banyak kelompok muda atau generasi milenial yang melek dengan Surat Berharga Negara (SBN).
Adapula berita tentang Uni Emirat Arab atau UEA menetapkan nama Presiden Joko Widodo sebagai nama jalan di Abu Dhabi dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan RI mulai dilirik investor untuk memindahkan industri dari Cina.
Berikut berita trending ekonomi dan bisnis sepanjang kemarin.
1. OJK Bekukan 3 Kegiatan Entitas Usaha, Ada Emiten Multifinance dan BPR
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK membekukan kegiatan tiga entitas usaha, yakni PT First Indo American Leasing Tbk. (FINN), PT Nasorasudha Mega Ventura, dan PT Bank Perkreditan Rakyat Artaprima Danajasa.
OJK menjelaskan, usaha PT First Indo American Leasing Tbk. (FINN) dibekukan karena perseroan tidak memenuhi ketentuan di bidang perusahaan pembiayaan. Hal ini diatur dalam Surat Nomor S-355/NB.2/2020 tanggal 11 Agustus 2020, yang ditandatangani Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK Moch Ihsanuddin.
Adapun ketentuan yang tak dipenuhi khususnya terkait Pasal 46 ayat 1, Pasal 64 ayat 1, Pasal 79 ayat 1, dan Pasal 85 ayat 1 Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.
OJK dalam pengumumannya menyebutkan, pembekuan usaha ini artinya PT First Indo American Leasing Tbk. dilarang melakukan kegiatan usaha di bidang perusahaan pembiayaan. Perusahaan tersebut tercatat memiliki fokus usaha berupa pemberian fasilitas pembiayaan multiguna untuk kendaraan bekas roda empat.
Berdasarkan laporan posisi keuangan per 30 Juni 2020, perseroan membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 44,4 miliar, membengkak dari periode yang sama tahun sebelumnya mencatat rugi sebesar Rp 8,18 miliar.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. UEA Tetapkan Nama Jalan Presiden Joko Widodo di Abu Dhabi
Uni Emirat Arab atau UEA menetapkan nama Presiden Joko Widodo sebagai nama jalan di Abu Dhabi pada 19 Oktober 2020. Peresmian Jalan Presiden Joko Widodo alias President Joko Widodo Street dilakukan oleh Chairman Abu Dhabi Executive Office Sheikh Khalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Duta Besar RI untuk UEA Husin Bagis mengatakan penamaan jalan ini merefleksikan hubungan erat antara Indonesia dan UEA. Dia berharap pemberian nama jalan bakal memperkokoh relasi bilateral kedua negara.
"Sekaligus bentuk penghormatan (tribute) Pemerintah UEA kepada Presiden RI saat ini Joko Widodo dalam memajukan hubungan bilateral RI-PEA selama menjabat sebagai kepala negara," tutur Husin dalam keterangan yang diterima, Selasa, 20 Oktober 2020.
Peresmian jalan berlangsung pukul 16:45 waktu setempat. Kegiatan ini juga dihadiri Duta Besar RI untuk UEA, sejumlah pejabat kementerian di UEA, dan Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Abu Dhabi.
Jalan Presiden Joko Widodo terletak di salah satu ruas jalan utama yang membelah Abu Dhabi National Exhibition Center dan area kedutaan yang menjadi lokasi kantor perwakilan diplomatik. Sebelum diberi nama Presiden Joko Widodo (Jokowi), jalan ini sebelumnya bernama Al Ma’arid Street yang dalam bahasa Indonesia berarti pameran.
Nama-nama jalan di Abu Dhabi sebelumnya mengandung unsur nama geografis yang merefleksikan sejarah daratan lokasi jalan tersebut. Namun pada 2013 Pemerintah Abu Dhabi mulai melakukan perubahan.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Luhut: Indonesia Mulai Dilirik Investor untuk Memindahkan Industri dari Cina
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan sebelum pandemi, banyak negara berinvestasi ke Cina. Namun kini, beberapa diantaranya mulai mencari negara lain untuk mengalihkan investasi mereka. "Indonesia adalah salah satu negara yang mulai dilirik para investor untuk memindahkan industri mereka," kata Luhut dalam keterangan tertulis, Senin, 19 Oktober 2020.
Di sinilah, kata dia, Indonesia harus mampu memanfaatkan situasi ini untuk membangun ekonominya dalam konteks Making Indonesia 4.0. “Kita perlu mentransformasi kegiatan ekonomi kita dalam usaha membuat Making Indonesia 4.0, supaya kita mampu memanfaatkan situasi ini dengan menunjukkan bahwa kita kompetitif dan mampu bersaing secara global,” ujarnya.
Luhut berujar penting melakukan transformasi ekonomi dalam era Making Indonesia 4.0 di Indonesia, khususnya dalam masa pandemi Covid-19. “Kita sedang mengalami perubahan lanskap geopolitik yang sangat cepat," kata Luhut.
Perubahan itu, kata dia, ditandai dengan adanya perubahan dunia akibat teknologi dan globalisasi yang sangat cepat, kemudian adanya ketegangan geopolitik yang semakin meningkat di berbagai negara, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan Cina dalam konteks perang dagang. "Belum lagi kita juga menghadapi Covid-19 yang semakin mempercepat perubahan lanskap geopolitik dunia,” kata dia.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
4. Sri Mulyani Senang Banyak Generasi Milenial Beli Surat Utang Negara
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati senang karena makin banyak kelompok muda atau generasi milenial yang melek dengan Surat Berharga Negara (SBN). Saat ini, puluhan ribu anak milenial (kelahiran 1980 sampai 2000) tercatat sudah menjadi investor di instrumen surat utang negara, seperti sukuk maupun non-sukuk.
"Cukup menggembirakan, naiknya tinggi banget," kata Sri Mulyani dalam acara Capital Market Summit and Expo pada Senin, 19 Oktober 2020.
Menkeu menyatakan kendati dana yang dimiliki kelompok investor milenial ini masih minimalis, yaitu Rp500 ribu sampai Rp1 juta, tapi jumlahnya sangat banyak. Kondisi itu berbanding terbalik dengan generasi Baby Boomers (generasi kelahiran 1940-an hingga 1960-an). "Jumlahnya (investor) kecil, belinya banyak," ujarnya.
Tren kenaikan pembelian surat utang oleh milenial ini sebenarnya sudah terjadi setidaknya sejak tahun lalu. Pada Februari 2019, generasi milenial mendominasi 51,74 persen pembelian Sukuk Tabungan ST-003.
Beberapa waktu lalu, PT Mandiri Sekuritas menyampaikan 70 persen investor yang membeli SBN merupakan generasi milenial. Bahkan, 60 persen dari nasabah Mandiri Sekuritas berasal dari kelompok generasi ini.
Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani berkomitmen untuk terus melakukan penerbitan surat utang yang bisa diakses oleh kelompok milenial. "Kami akan terus melakukan pendalaman dari basis investor," tutur Menkeu.
Baca berita selengkapnya di sini.