Sri Mulyani Klaim RI Lebih Mudah Dapat Utang di Pasar Obligasi Internasional
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 19 Oktober 2020 16:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit negara kini beramai-ramai mencari utang atau mengakses sumber pembiayaan baru di pasar obligasi internasional untuk menghadapi pandemi Covid-19. Tapi saat beberapa beberapa negara lain kesulitan mengaksesnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia tetap bisa meraih utang baru dan dipercaya investor global.
Sebab, kata dia, Indonesia selama ini sudah memiliki reputasi dan kredibilitas dalam pengelolaan anggaran secara transparan. Sehingga, investor dan lembaga rating bisa mengakses resiko dengan lebih mudah.
"Buahnya terjadi saat sekarang ini. Dalam kondisi yang sangat luar biasa, Indonesia masih bisa meng-establish financing," kata Sri Mulyani dalam acara Capital Market Summit and Expo pada Senin, 19 Oktober 2020.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan utang terjadi di banyak negara di tengah pandemi ini. Kenaikan terjadi karena semua negara memperlebar defisit anggaran mereka, sehingga membutuhkan sumber pembiayaan baru.
Akan tetapi, kata dia, banyak negara yang sedang menghadapi krisis Covid-19, justru tidak bisa mendapatkan seperti yang diperoleh Indonesia. Contohnya adalah Brasil dan Turki. "Mereka tidak dalam posisi yang sangat mudah untuk mengakses kondisi internasional yang sedang low interest rate," ujarnya.
<!--more-->
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan bahwa saat ini suku bunga global memang sedang luar biasa rendahnya dan Indonesia sudah bersiasat memanfaatkan kondisi tersebut. Juli 2020, Indonesia sudah menerbitkan Green Sukuk.
"Ini the lowest ever, suku bunganya paling rendah dalam lima tahun terakhir," kata Sri Mulyani. Hasilnya, Indonesia meraup US$ 3 miliar.
Masih di bulan yang sama, Indonesia juga menerbitkan Samurai Bond dengan denominasi yen Jepang. Indonesia meraup 100 miliar Yen. Tapi upaya melakukan diversifikasi di pasar obligasi ini belum selesai.
Selanjutnya, Indonesia juga menyiapkan lagi surat utang dengan denominasi Euro. Sebab, kata Sri Mulyani, suku bunga di Eropa sudah berada di zona 0 persen atau negatif. "Oleh karena itu, kami bisa sangat kompetitif," kata Sri Mulyani.
Di saat yang bersamaan, Indonesia juga melakukan re-financing atas utang di masa lalu yang memiliki suku bunga tinggi. "Kami membeli kembali untuk re-issue dengan suku bunga yang lebih rendah," kata dia.
Baca: Di Depan Bos IMF, Sri Mulyani Sebut Omnibus Law Bisa Gairahkan Iklim Investasi