Bos BCA Jelaskan Sebab Penyaluran Kredit per Agustus Hanya Tumbuh 1,28 Persen

Senin, 12 Oktober 2020 05:58 WIB

Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA), Tbk Jahja Setiaatmadja (kedua kanan) didampingi Kepala Kantor Wilayah X Iwan Senjaya (ketiga kanan) menyapa nasabah pada peringatan Hari Pelanggan Nasional di kantor cabang utama BCA di Jakarta, Selasa, 4 September 2018. Hari Pelanggan Nasional diperingati setiap 4 September. ANTARA/Audy Alwi

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja blakblakan menjelaskan penyebab penyaluran kredit di bank yang dipimpinnya melemah di masa pandemi. Sejumlah kendala dalam menggelontorkan kredit itu terlihat dari pelemahan demand hingga adanya penambahan ekuitas yang diberikan pemerintah ke BUMN.

Hingga Agustus 2020, penyaluran kredit BCA mencapai Rp 570,353 triliun. Angka ini hanya tumbuh 1,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Walau begitu, angka ini jauh lebih tinggi daripada realisasi industri perbankan yang hanya tumbuh 1,04 persen dalam periode yang sama. Angka tersebut terlihat dalam laporan bulanan BCA per Agustus 2020.

Jahja menjelaskan permintaan kredit baru memang melemah di tengah pandemi. Selain itu, adanya penambahan ekuitas ke beberapa BUMN menyebabkan perusahaan pelat merah membayar pinjaman ke bank. Kondisi ini menurunkan jumlah baki debet kredit yang disalurkan BCA.

Selain itu, kata Jahja, ada peningkatan kredit menganggur yang belum ditarik debitur atau undisbursed loan. Hal tersebut turut ikut mendorong pelemahan penyaluran kredit di tengah pandemi. "Kami tidak menahan kredit. Kalau nasabah belum perlu, ya tidak bisa dipaksakan," ucap Jahja akhir pekan lalu.

Advertising
Advertising

Menurut Jahja, adanya penempatan uang negara juga tidak akan efektif dalam mendorong kredit. Pasalnya, hingga saat ini, penghimpunan dana di BCA sangat ample alias cukup. Kondisi ini pun berbanding terbalik dengan bisnis kredit yang lesu.

<!--more-->

"Kredit lemah karena tidak ada yang minta, bisnis lesu kredit buat apa? Tidak ada kebutuhan," ucap Jahja.

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menyebutkan nilai kredit yang belum ditarik atau undisbursed loan per Juli 2020 mencapai Rp 1.654 triliun. Jumlah ini meningkat 9,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo sebelumnya mengingatkan perbankan untuk tetap waspada dalam penyaluran kredit di tengah tantangan perlambatan ekonomi nasional. "Ada tantangan, penyaluran kredit yang masih minim," kata Dody dalam siaran virtual Kick Off West Java Economic Society, Rabu, 23 September 2020.

Hal itu, menurut Dody, disebabkan permintaan domestik yang belum kuat, karena kinerja korporasi yang tertekan dan konsumsi rumah tangga yang masih rendah. Selain itu juga masih ada kehati-hatian industri perbankan akibat pandemi masih berlanjut akibat Covid-19.

Dody menilai ekonomi yang terkontraksi cukup dalam di kuartal II masih berdampak pada lambatnya penyaluran kredit hingga beberapa bulan ke depan. Selain itu, resesi ekonomi Indonesia juga tidak bisa dihindarkan di tengah pandemi. Meski begitu ia tetap optimistis ekonomi masih akan dapat membaik di kuartal berikutnya.

BISNIS | HENDARTYO HANGGI

Baca: Bos BCA Sebut Ada Debitur yang Gagal Bayar dalam Program Restrukturisasi Kredit

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

13 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

15 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

2 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya