Perang Harga Obat Covid-19 Dimulai, Remdesivir Bakal Lebih Murah

Minggu, 4 Oktober 2020 19:01 WIB

Botol obat remdesivir untuk virus corona di fasilitas Gilead Sciences di La Verne, California, AS 18 Maret 2020. [Gilead Sciences Inc / Handout via REUTERS.]

TEMPO.CO, Bandung - Perusahaan farmasi di Indonesia mulai perang tarif obat remdesivir impor untuk pasien Covid-19. Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Muchtaridi mengatakan, semakin banyak industri atau kompetitor serta volume (batch) produksi obatnya maka harga akan menjadi lebih murah. “Karena perang tarif obat di Indonesia sudah lazim untuk obat paten,” ujarnya yang dihubungi Ahad, 4 Oktober 2020.

Pada 1 Oktober lalu PT Kalbe Farma mengumumkan obat remdesivir yang akan diedarkan ke rumah sakit di Indonesia seharga Rp 3 juta per kemasan vial. Adapun PT Indofarma menawarkan harga lebih murah yaitu kurang dari Rp2 juta. Belakangan PT Kalbe Farma menurunkan harga obat Covid-19 itu menjadi Rp 1,5 juta atau separuh dari yang diumumkan perdana.

Sebelumnya diberitakan Indofarma akan segera memasarkan Desrem, obat antivirus berbentuk serbuk injeksi liofilisasi yang mengandung zat aktif remdesivir. Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno mengatakan pihaknya bekerjasama dengan Mylan Laboratories Limited di Bangalore, India untuk pengadaan obat antivirus tersebut. Sementara Kalbe Farma akan memasarkan remdesivir Covifor buatan Hatero India yang diimpor PT Amarox Pharma Global

Muchtaridi mengatakan kemungkinan besar masih ada lagi produsen lain yang ikut dengan harga remdesivir lebih murah. “Karena pesaing India dalam bahan baku obat ada Cina,” kata dia. Selain itu jika banyak dokter yang menyatakan remdesivir ini efektif sebagai obat bagi pasien Covid-19 maka kemungkinan penggunaan obatnya akan meningkat.

Soal kemungkinan remdesivir kelak akan berlimpah hingga dijual di apotek, kata Muchtaridi, obat itu tidak bisa dijual bebas. Alasannya karena remdesivir tergolong obat keras. “Tidak bisa dijual bebas harus dengan pengawalan ketat dari dokter dengan menggunakan resep,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Nucki Nursjamsi Hidajat mengatakan, remdesivir hanya diberikan untuk pasien Covid-19 yang kritis di ruang Intensive Care Unit (ICU). Pasien Covid-19 yang tergolong ringan hingga sedang diberi obat lain seperti avigan.

Soal keampuhan remdesivir menyembuhkan pasien Covid-19 menurut Nucki, sejauh ini belum ada obat yang efektif. “Semua juga masih prediksi-prediksi,” katanya.

Baca: 3 Perbedaan Obat Antivirus Remdesivir Keluaran Kalbe Farma dan Indofarma

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

9 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

15 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

18 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya