Trump Terkena Covid, Analis: Pasar Keuangan Global Hadapi Banyak Ketidakpastian
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 4 Oktober 2020 14:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan satu bulan menjelang pemilu Amerika Serikat (AS), pasar keuangan menghadapi banyak ketidakpastian. Ketidakpastian ini juga ikut mempengaruhi pasar keuangan di Indonesia. Mulai dari Presiden Trump yang terkena Covid-19 sampai peluang sengketa pemilu.
Hans memberikan beberapa analisis dampak sentimen global ke pasar keuangan. Pertama, berita Trump dan istrinya yang terkena Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar. Sebab, situasi politik AS bisa berubah bila kesehatan Trump memburuk dan masuk ICU.
Dengan terkena virus Covid-19, maka popularitas Trump berpeluang menurun karena dianggap terlalu lemah dalam mengatasi pandemi. "Hal ini diyakini berpeluang mempengaruhi peluang Trump terpilih kembali di pemilu awal November," kata Hans dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu, 4 Oktober 2020.
Di sisi lain, Trump diprediksi akan mengambil lebih banyak langkah keras terhadap China untuk menaikkan popularitas dan mempertahankan dukungan dari para pemilihnya sesudah berita dia positif Covid-19. Kondisi ini meningkatkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan. Pelaku pasar tidak suka ketidakpastian dan akan bergerak ke aset safe haven seperti emas, dolar dan yen.
Kedua, debat pertama Trump dan calon dari Partai Demokrat Joe Biden dianggap kejam dan diwarnai hujan interupsi dan penghinaan. Perdebatan seputar ekonomi AS, pencalonan Amy Coney Barrett di Mahkamah Agung serta penanganan pandemi di Amerika Serikat.
<!--more-->
Trump juga mengatakan pemungutan suara melalui surat berpeluang terjadi kecurangan. Pengamat mengatakan tidak ada bukti bahwa hal itu terjadi di Amerika Serikat. Kondisi inilah, kata Hans, yang juga menimbulkan kekhawatiran tentang periode pasca pemilu.
Ketiga, bila nanti Biden memenangkan pemilu, maka hal yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar adalah pajak perusahaan mungkin akan naik dan peraturan yang lebih ketat. Kenaikan pajak dan peraturan yang ketat akan menekan laba korporasi yang berakibat valuasi saham menjadi lebih mahal.
Tetapi, kata Hans, Biden dapat meredakan kekhawatiran tentang perang perdagangan dengan China dan banyak negara lain yang selama ini dilakukan oleh Trump. Menurut dia, perang dagang terbukti mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia dan menimbulkan banyak kerugian bagi banyak Negara.
"Selain itu paket stimulus fiskal untuk mendongkrak ekonomi akibat virus yang selama ini gagal di sepakati partai Demokrat dan Republik lebih berpeluang di sahkan," ujarnya.
Baca: OJK Pantau Dampak Penerapan Restrukturisasi Kredit ke Industri Jasa Keuangan
FAJAR PEBRIANTO