Trending Bisnis: Proyek Rp 500 M yang Diungkap Ahok hingga Kupon ORI018
Reporter
Tempo.co
Editor
Kodrat Setiawan
Rabu, 30 September 2020 07:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Berita trending ekonomi dan bisnis sepanjang Senin, 29 September 2020, dimulai dari sejumlah anggota DPR mencecar Dirut Peruri Dwina Septiani Wijaya soal proyek yang diungkap oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hingga sejumlah analis memperkirakan kupon obligasi ritel Indonesia atau ORI018 yang akan ditawarkan pemerintah pada Kamis, 1 Oktober 2020, tidak akan jauh dari level 6 persen.
Adapula berita tentang dua bank lain selain Bank Permata yang melaporkan pegawainya terpapar Covid-19 dan Dahlan Iskan, menilai pembentukan super holding BUMN belum mendesak.
Berikut berita trending ekonomi bisnis sepanjang kemarin:
1. Dibongkar Ahok, Ini 9 Fakta Proyek Paperless Rp 500 M Peruri di Pertamina
Polemik proyek pengurangan dokumen kertas (paperless) antara Perum Percetakan Uang Republik (Peruri) dan PT Pertamina sampai ke DPR. Sejumlah anggota Komisi BUMN pun kemarin mencecar Dirut Peruri Dwina Septiani Wijaya soal proyek yang diungkap oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu.
Tempo mengumpulkan sejumlah fakta dan kejadian dari polemik ini, berikut di antaranya:
a. Video 6 Menit
Polemik bermula dari beredarnya video berdurasi 6 menit 39 detik di media sosial pada 14 September 2020. Dalam video viral itu, Ahok menyebut Perum Peruri yang mematok Rp 500 miliar untuk proyek paperless di Pertamina.
Permintaan Peruri dinilai sebagai hal yang tak masuk akal dan hanya ingin mencari uang. “Itu sama aja udah dapat Pertamina, enggak mau kerja lagi. Mau tidur sepuluh tahun jadi ular sanca, jadi ular piton,” kata Ahok dalam video.
b. Tanggapan Direksi
15 September 2020, juru bicara Pertamina Fajriyah Usman memberikan respons. Tapi, Ia sama sekali tidak menyinggung soal proyek dengan Peruri ini. Fajriyah hanya menjelaskan bahwa manajemen Pertamina menghargai pernyataan Ahok. "Sebagai Komisaris Utama Pertamina, memang bertugas untuk pengawasan dan memberikan arahan," kata dia.
Fajriyah menerangkan bahwa koordinasi dan komunikasi dengan komisaris, serta stakeholder terus dilakukan. "Agar semua terinfokan dengan baik apa yang sedang dijalankan oleh Pertamina," kata dia.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. Tak Hanya Bank Permata, 2 Bank Lain Laporkan Pegawai Terpapar Covid-19
Bertambahnya jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menunjukkan penyebaran virus ini masih terus meluas. Kementerian kesehatan mencatat per Senin, 28 September 2020, total kasus pasien positif Covid-19 mencapai 278.722 orang.
Salah satu titik penyebaran Covid-19 di Jakarta yang menjadi klaster tertinggi adalah perkantoran. Yang teranyar, di sektor perbankan, diketahui tak sedikit karyawan Bank Permata di kantor cabang Bintaro, Tangerang Selatan, terkonfirmasi positif Covid-19.
Namun sebelum itu, sejumlah bank lain sempat mengumumkan karyawannya terpapar Covid-19 sebulan terakhir. Berikut daftarnya:
a. Bank Permata
Bank Permata mengumumkan per Senin, 28 September 2020, ada sebanyak 86 karyawannya terkonfirmasi positif Covid-19 dan berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala). Hasil pemeriksaaan ini berasal dari tes PCR swab yang dilakukan terhadap 2.333 karyawan tetap maupun outsource di tower Bintaro.
Direktur Utama Bank Permata Ridha D.M. Wirakusumah mengatakan sesuai kebijakan perusahaan, pihaknya segera menindaklanjuti dengan langkah-langkah protokol kesehatan yang ketat.
Sejumlah langkah itu meliputi contact tracing, isolasi mandiri bagi karyawan yang terpapar, melakukan disinfektasi menyeluruh serta mengatur operasional bank untuk menjaga kesehatan dan keamanan karyawan dan nasabah.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Ahok Ingin BUMN Tiru Temasek, Dahlan Iskan Ingatkan Kegagalan Malaysia
Menteri Badan Usaha Milik Negara periode 2011-2014, Dahlan Iskan, menilai pembentukan super holding BUMN belum mendesak. Pasalnya, hal itu membutuhkan perombakan luar biasa mulai dari bentuk hingga kultur BUMN dan campur tangan politik yang sangat rumit.
"Menurut pendapat saya super holding BUMN belum mendesak," ujar Dahlan Iskan dalam diskusi daring di Jakarta, Senin 28 September 2020 malam.
Mantan Dirut PT PLN ini juga meminta semua pihak untuk mengingat bahwa tidak semua negara bisa berhasil meniru langkah Temasek Singapura dalam membentuk super holding. Buktinya Malaysia pun gagal meniru Temasek. "Bukan main orang asyiknya kalau membicarakan Temasek, seolah-olah semua akan beres kalau kita seperti Temasek," kata Dahlan Iskan seperti dikutip Antara, Selasa 29 September 2020.
Sebelumnya, beredar sebuah video viral yang berisi kritik Ahok di antaranya menyoal sistem di Kementerian BUMN. Dalam video berdurasi 6 menit 39 detik itu, Ahok menyinggung soal praktik-praktik bagaimana direksi BUMN bermain aman dengan melobi langsung Menteri BUMN. Sejumlah komisaris BUMN pun merupakan titipan dari kementerian.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
4. Kritik Smelter Milik Cina, Gerindra: Peraturan Dianggap Bungkus Kacang Goreng
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengkritik sejumlah pihak pengelola smelter milik Cina di Indonesia, seperti Morowali dan Konawe, yang acap kali membeli sumber daya alam seperti nikel dengan harga murah. Dia menuding keberadaan smelter-smelter tersebut membuat negara rugi.
“Smelter milik Cina merugikan negara. SDA (sumber daya alam) nikel kita dibeli dengan harga murah dan Peraturan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) dianggap bungkus kacang goreng karena mereka (investor) tidak pernah mau mengikuti (aturan),” ujar Andre dalam rapat dengar pendapat yang digelar Komisi VI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 29 September 2020.
Andre tidak menerangkan lebih lanjut data harga pembelian nikel oleh smelter Cina yang ia sebut sangat rendah. Adapun harga jual nikel diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 07 Tahun 2017 tentang Tata-Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral, Logam, Batubara.
Lebih lanjut, Andre juga mengkritik sikap pemerintah yang justru kendur terhadap investor Negeri Tirai Bambu. Ia menilai pemerintah memfasilitasi Cina memperoleh harga murah untuk pembelian nikel. “Jadi seekan-akan smelter (asal) Cina untouchable (tidak tersentuh),” ucapnya.
Menurut Andre, perusahaan pelat merah pertambangan yang tergabung dalam grup MIND ID semestinya dapat bekerja sama membangun smelter baru untuk industri hilirisasi. Ia berharap langkah ini optimal untuk pemulihan ekonomi di sektor energi di masa mendatang.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
5. Ditawarkan Pemerintah 1 Oktober, Kupon ORI018 Diperkirakan Sekitar 6 Persen
Sejumlah analis memperkirakan kupon obligasi ritel Indonesia atau ORI018 yang akan ditawarkan pemerintah pada Kamis, 1 Oktober 2020, tidak akan jauh dari level 6 persen.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memprediksi kupon yang ditawarkan ORI018 tak akan jauh berbeda dari kupon obligasi ritel syariah yang diterbitkan sebelumnya yaitu SR013 yang sebesar 6,05 persen karena karakteristik kedua instrumen tersebut hampir mirip. “Menurut saya mungkin 6 persen atau turun sedikit karena permintaan cukup baik, bisa di 6,05 persen bisa di 6 persen atau 5,9 persen,” kata Ramdhan kepada Bisnis, Senin, 28 September 2020.
Dia mengatakan bahwa penetapan kupon obligasi ritel oleh pemerintah selalu menyesuaikan dengan kondisi atau yield di pasar pada saat penerbitan. Menurut Ramdhan, kondisi saat ini belum jauh berbeda dibandingkan masa pemerintah menerbitkan SR013 pada akhir Agustus 2020.
Adapun, saat ini yield obligasi SUN tenor 5 tahun berada di sekitar 5 persen. Sehingga, untuk menarik investor nantinya pemerintah akan menawarkan kupon yang lebih tinggi sedikit dari SUN tersebut.
Mengenai dibukanya masa early redemption untuk Savings Bond Retail (SBR) 008 mulai Senin ini, Ramdhan memperkirakan tidak akan banyak investor yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut.
Pasalnya, kupon yang ditawarkan SBR008 masih tinggi sehingga investor cenderung akan memegang hingga jatuh tempo (hold to maturity).
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan di tengah situasi saat ini investor pada dasarnya tak memiliki banyak pilihan aset investasi karena ketidakpastian sangat tinggi.
“Lelang FR memang tipis tapi kalau Sukuk Ritel (SR) maupun Obligasi Negara Ritel (ORI) malah rekor permintaannya. Saya yakin nant ORI018 juga pasti menarik sepanjang imbal hasilnya di atas 5,5 persen,” ujar Wawan.
Baca berita selengkapnya di sini.