Sri Mulyani Yakin Dampak PSBB Jilid II Tak Sedalam pada Bulan Maret
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 22 September 2020 14:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan dampak ekonomi akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar Jilid II di DKI Jakarta tidak akan sedalam imbas pembatasan sebelumnya. Ia mengatakan masyarakat sudah mulai bisa menyesuaikan dengan situasi ini.
"Saya melihat masyarakat di perkotaan sudah berpengalaman menghadapi PSBB karena sudah berlangsung sejak Maret hingga April lalu, sehingga sekarang mereka bisa sudah bisa melakukan kombinasi kegiatan dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Mereka pasti akan melakukan penyesuaian, sehingga dampaknya tidak akan sedalam Maret-April lalu," ujar dia dalam konferensi video, Selasa, 22 September 2020.
Menurut Sri Mulyani, pada penerapan PSBB jilid I, masyarakat baru pertama kali mengalami pembatasan tersebut sehingga belum berpengalaman. Akibatnya, mereka belum dapat merencanakan dan menyesuaikan aktivitasnya secara cepat. Akibatnya, ekonomi terkontraksi cukup dalam dengan berhentinya kegiatan masyarakat.
Sri Mulyani berujar pihaknya akan tetap memantau dampak dari kebijakan tersebut. Ia mengatakan belakangan aktivitas dan mobilitas masyarakat sudah mulai ada peningkatan. Meskipun, akibat PSBB yang kembali diperketat, kemungkinan aktivitas tersebut akan mengalami penyesuaian.
"Sejak Juni, kami lihat adjusment mulai terjadi. Ini menjadi harapan meski kita melakukan pengetatan PSBB, tidak berarti semua aktivitas terhenti yang berdampak pada ekonomi," kata Sri Mulyani.
<!--more-->
Lantaran semakin teredukasi, dia berharap masyarakat mulai bisa beraktivitas dengan tetap aman dari risiko Covid-19 dan penularannya. Sebab, kalau protokol kesehatan tidak diindahkan, ia khawatir risiko kesehatan melonjak dan kembali berimbas kepada kegiatan ekonomi.
"Titik seimbang ini yang kami coba dukung di sektor kesehatan, dari sisi anggaran yang disediakan, alokasi, prioritas, dan bagaimana masyarakat dan pemerintah semuanya mencoba untuk memulihkan kondisi ekonomi dan kegiatan sosial," ujar Sri Mulyani.
Baca: Agustus 2020, Sri Mulyani: Defisit APBN Rp 500,5 T atau 3.05 Persen dari PDB
CAESAR AKBAR