Pilpres AS Bakal Pengaruhi Global, Luhut Sebut Indonesia Pantau Trump vs Biden
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 19 September 2020 11:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan memantau proses Pemilu Presiden (Pilpres) Amerika Serikat pada 3 November 2020 mendatang. Hasil pemilu ini dinilai bakal mengubah lansekap politik di Amerika dan berpengaruh secara global.
"Kami melihat itu," kata Luhut dalam kuliah umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang ditayangkan di akun YouTube FEB UI pada Jumat malam, 18 September 2020.
Sejauh ini, dua kandidat yang akan bersaing di Pemilu Amerika adalah inkumben Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat. Pemilu ini diwarnai dengan berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.
Di sisi lain, Luhut menyebut ekonomi yang semakin baik membuat Indonesia kian dihormati kedua negara. Sehingga, kepada Cina dan Amerika, Luhut mengatakan Indonesia terlalu besar untuk berpihak ke salah satu kekuatan. "Kami teman dari semua," ujarnya.
Dalam paparannya, Luhut juga mengutip publikasi dari Center for Agricultural and Rural Development (CARD) Iowa State University, Amerika Serikat. Dalam publikasi itu, dijabarkan bagaimana Amerika dan Cina saling menerapkan tarif impor sejak 6 Juli 2018, setahun setelah Trump menjadi presiden Amerika.
Pada 15 Januari 2020, tercapai kesepakatan dagang antara Amerika dan Cina fase pertama. Berikutnya, pada 14 Februari 2020, Amerika Serikat memangkas tarif impor dari 15 persen menjadi 7,5 persen.
<!--more-->
Cina mengikuti langkah pemangkasan tarif impor dari 10 persen menjadi 5 persen. Perkembangan perang dagang ini yang terus dipantau oleh Indonesia.
Di hari yang sama, 18 September 2020, Reuters juga menerbitkan laporan mengenai sejumlah perbedaan kebijakan luar negeri kedua kandidat presiden Amerika, Trump dan Biden. Salah satunya soal Cina.
Di bawah Trump, Reuters menulis hubungan Cina dan Amerika berada di level terendah dalam beberapa tahun ini. Trump mengklaim dirinya sebagai presiden pertama yang berani berhadapan dengan Cina.
Sebaliknya, Bidan menganggap Cina menikmati kekacauan yang terjadi di pemerintahan Trump. Termasuk, ketika Amerika dijauhi oleh negara aliansi mereka sendiri.
Biden berjanji akan memperbaiki kondisi ini dengan memperbaiki hubungan dengan aliansi mereka. Tujuannya tetap untuk menekan Cina, tapi dengan tekanan multilateral.
FAJAR PEBRIANTO | REUTERS
Baca: Luhut ke Pentagon: RI Terlalu Besar untuk Berkiblat ke Kekuatan Mana pun