Harga Minyak Dunia Turun jadi USD 39,61 per Barel, Ini Sejumlah Pemicunya
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 15 September 2020 13:30 WIB
TEMPO.CO, New York- Harga minyak pada akhir perdagangan Senin atau Selasa pagi WIB turun tipis. Harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman November, turun 22 sen atau 0,6 persen, menjadi US$ 39,61 per barel.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Oktober turun 7 sen atau 0,2 persen, menjadi US$ 37,26 per barel. Kedua kontrak berakhir lebih rendah minggu lalu, jatuh untuk minggu kedua berturut-turut.
Penurunan harga minyak mentah itu terjadi di tengah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi global yang terhenti. Di saat yang sama Libya siap melanjutkan produksi dan berbarengan dengan badai yang akan datang mengganggu produksi minyak AS.
“Badai membuat produksi dihentikan di Teluk Meksiko, dan pasar tidak peduli -- itu menunjukkan betapa buruk situasinya,” kata direktur energi berjangka untuk Mizuho, Bob Yawger.
Seperti diketahui, Badai Sally menguat di Teluk Meksiko, sebelah barat Florida pada Ahad pekan lalu, 13 September 2020, dan siap menjadi badai kategori 2. Badai itu memaksa perusahaan energi untuk menutup 21,4 persen, atau 395.790 barel per hari (bph), produksi minyak mentah lepas pantai di Teluk Meksiko utara, kata pemerintah AS pada Senin kemarin.
Badai itu juga mengganggu produksi minyak untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan setelah Badai Laura melanda wilayah tersebut. Biasanya harga minyak naik ketika produksi dihentikan.
<!--more-->
Di saat yang sama jalan menuju pemulihan permintaan bahan bakar global kemungkinan besar akan sulit, kata beberapa eksekutif industri senior. “Tingkat infeksi (virus corona) meningkat lagi, ada penguncian lokal yang diterapkan di semakin banyak negara yang menghambat pertumbuhan ekonomi regional dan jumlah pengangguran gagal turun secara signifikan,” kata pialang minyak PVM Tamas Varga. "Hal ini menyebabkan pertumbuhan permintaan minyak suram."
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan bahwa permintaan minyak dunia akan turun 9,46 juta barel per hari (bph) tahun ini. Angka itu lebih tajam dari yang diperkirakan dalam laporan sebulan lalu.
Di Libya, komandan Khalifa Haftar berkomitmen untuk mengakhiri blokade fasilitas minyak selama berbulan-bulan, sebuah langkah yang akan menambah lebih banyak pasokan ke pasar.
“Jika produksi Libya segera kembali beroperasi, kita berbicara tentang satu juta barel per hari atau lebih, ini akan menjadi tambahan yang signifikan untuk keseimbangan global. Dan pasar memperhitungkannya hari ini,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.
Sementara itu, OPEC dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 17 September untuk membahas kepatuhan pemotongan besar dalam produksi, meskipun analis tidak memperkirakan pengurangan lebih lanjut akan dilakukan.
ANTARA
Baca: Pertamina Blak-blakan Soal Rugi Rp 11 Triliun di Semester I 2020