Trending Bisnis: Wajib Meterai di Transaksi Elektronik hingga Sosok Mafia Utang
Reporter
Tempo.co
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 4 September 2020 06:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita trending ekonomi dan bisnis sepanjang Kamis, 3 September 2020, dimulai dari aturan baru bea meterai untuk transaksi elektronik, jawaban stafsus Sri Mulyani soal mafia utang dan rencana investasi FMG di Kalimantan Timur.
Selain itu, ada juga berita tentang Faisal Basri yang tak yakin Ekonomi Indonesia terbesar kelima dunia di 2025 dan rencana investor Australia mengembangkan ekonomi hijau. Berikut lima berita trending ekonomi dan bisnis sepanjang hari Kamis.
1. Mulai 1 Januari 2021, Transaksi Elektronik di Atas Rp 5 Juta Kena Bea Meterai
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Hestu Yoga Saksama mengatakan transaksi digital dengan nilai Rp 5 juta ke atas akan dikenakan bea meterai. Termasuk, pada pembelanjaan di e-commerce untuk nilai tersebut.
"Iya. Itu dengan meterai digital, enggak harus ditempelkan. Jadi ditambahkan. Mau belanja Rp 10 juta atau Rp 1 miliar, tetap kena bea meterai Rp 10 ribu," ujar Hestu di Kompleks Parlemen, Kamis, 3 September 2020.
Sejatinya, selama ini pun, menurut Hestu, seharusnya belanja dengan nilai di atas Rp 1 juta mesti dikenakan bea meterai. Namun, ia menduga tidak semua retail mengenakan bea tersebut.
<!--more-->
2. Stafsus Sri Mulyani Jawab Cuitan Said Didu Soal Mafia Utang
Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Yustinus Prastowo, menjawab cuitan yang dilontarkan bekas staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Said Didu mengenai tudingan adanya mafia utang yang menjebak Indonesia.
Prastowo menilai tudingan itu tidak adil dan cenderung fitnah. "Karena menuduh ada mafia utang dan bilang bunga utang makin tinggi. Ditambahi: lebih tinggi dibanding bunga utang negara lain," cuitnya di akun @prastow, Kamis, 3 September 2020.
Ia menyebut cuitan Said Didu tersebut dilontarkan tanpa data dan fakta. Sebelumnya, dalam cuitan melalui akun @msaid_didu, Said Didu menuliskan, "Perlu diwaspadai adanya mafia utang yg menjebak NKRI krn selain jumlah yg makin besar, juga bunga makin tinggi - bunga jauh lebih tinggi dari bunga utang negara lain."
3. Gubernur Isran Noor Sambut Positif Rencana Investasi FMG ke Kalimantan Timur
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor memberikan sinyal positif terkait rencana perusahaan ternama Australia, Fortescue Metals Group (FMG) untuk melalukan investasi hydro power dan green industry di wilayah Kalimantan Timur.
“Tentu kami sangat senang dengan rencana investasi ini. Namun kami juga perlu tahu, sejauh mana keseriusan perusahaan tersebut untuk berinvestasi ke Kaltim,” kata Isran Noor dihubungi dari Samarinda, Rabu, 2 September 2020.
Isran Noor hadir dalam rapat Koordinasi Percepatan Investasi Hydro Power dan Green Industry di Jakarta yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
<!--more-->
4. Faisal Basri Tak Yakin Indonesia jadi Negara Ekonomi Terbesar Kelima di 2025
Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri tak yakin Indonesia bisa menjadi negara dengan ukuran perekonomian terbesar kelima pada tahun 2025. Hal itu merespons prediksi sejumlah lembaga internasional yang berbasiskan data Statista.
"Tiba-tiba Indonesia disebutkan nomor lima, padahal sekarang Indonesia nomor 16.
Bagaimana mungkin mau nyusul Inggris, Jerman? Tidak mungkin," kata Faisal ketika diwawancara di acara Helmy Yahya Bicara yang ditayangkan di YouTube, Rabu, 2 September 2020.
Dalam laporan itu, pada 2025 disebutkan posisi pertama ekonomi dunia ditempati oleh Cina, berikutnya Amerika Serikat, India, Jepang, dan kelima Indonesia. Sementara Indonesia, menurut dia, tidak mungkin dalam lima tahun mendatang Indonesia melewati Prancis, Jerman, Inggris, dan Italia.
5. Luhut Pandjaitan Jelaskan Rencana Investor Australia Kembangkan Ekonomi Hijau
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengungkapkan rencana perusahaan industri bijih besi asal Australia, Fortescue Metals Group (FMG) mengembangkan ekonomi hijau di Indonesia.
Menurut Luhut, rencana investasi FMG itu sejalan dengan visi Indonesia dan Australia yang mempunyai persamaan memiliki potensi energi terbarukan dan ingin mengembangkan ekonomi hijau.
"Sebagai dua negara dengan potensi mineral dan energi terbarukan yang cukup besar, Indonesia dan Australia dapat berkolaborasi dan menjadi pemain utama energi terbarukan dan industri hijau terutama di kawasan ini," kata dia saat membuka Rapat Koordinasi Percepatan Investasi Hydropower dan Industri Hijau di Provinsi Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara di Jakarta, Rabu, 3 September 2020.
Rapat koordinasi itu dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Maritim dan Investasi Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, perwakilan Kementerian ESDM, perwakilan Kementerian Luar Negeri, perwakilan Kementerian Perindustrian, perwakilan Gubernur Papua dan perwakilan Gubernur Kalimantan Timur.