Trending Bisnis: Nasabah Bumiputera Susah Biayai Sekolah; Petani Jualan Langsung
Reporter
Tempo.co
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 27 Agustus 2020 06:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang hari Rabu, 26 Agustus 2020, dimulai dari kisah nasabah asuransi Bumiputera mencari cara biaya sekolah, petani sayur di Bandung jual langsung ke konsumen dan DPR akan memanggil Ahok terkait kerugian di Pertamina.
Selain itu ada juga berita tentang bantahan OJK atas kabar menghalangi Bumiputera menjual asetnya dan konsumsi masyarakat yang turun drastis selama pandemi.
Kelima topik tersebut paling banyak menyedot perhatian pembaca di kanal Bisnis Tempo.co. Berikut selengkapnya lima berita yang trending tersebut:
1. Kisah Nasabah Asuransi Bumiputera Pontang-panting Cari Cara Biayai Sekolah Anak
Tak sedikit kisah pilu diceritakan para pemegang polis Asuransi Jiwa Bersama atau AJB Bumiputera 1912 yang menunggu klaim asuransinya cair sejak lama. Uang yang tak sedikit itu dibutuhkan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Risa Pribadi, misalnya. Perempuan berusia 42 tahun ini kelimpungan ketika anaknya harus masuk sekolah menengah pertama (SMP). Tapi klaim asuransi Bumiputera yang seharusnya cair pada 2018 hingga kini tidak menemukan titik terang.
“Kan itu sesuai pendidikan anak, jadi waktu anak mau masuk SMP saya pontang-panting cari (pinjam) uang,” tutur Risa, Selasa, 25 Agustus 2020.
<!--more-->
2. Jual Sayur Langsung ke Konsumen, Sejumlah Petani di Bandung Mulai Kewalahan
Dalam sepekan terakhir sejumlah petani menjual langsung sayur ke konsumen akibat jebloknya harga komoditas itu belakangan ini. "Kami ada terobosan belanja langsung ke kebun, langsung dipanen langsung dikemas, lalu disalurkan,” ujar Ketua Asosiasi Pasar Tani Sabilulungan Kabupaten Bandung Titi Rumsiti ketika dihubungi Tempo, Rabu, 26 Agustus 2020.
Anjloknya harga sayuran di tingkat petani, menurut Titi, tak lepas dari dampak kasus Covid-19 yakni menurunnya konsumsi yang hingga kini belum teratasi. Komoditas sayur dari petani banyak yang ditolak barangnya di pasar induk gara-gara ketidakpastian pembelian konsumen. “Pasar induk gak mau spekulasi,” ucapnya.
Akibat pasokan tertahan di petani, harga pembelian sayuran langsung terjun bebas, bisa mencapai Rp 3.000 per kilogram tergantung jenisnya. “Hampir semua komoditas sayuran lagi hancur,” kata Titi.
3. DPR Akan Panggil Ahok Minta Penjelasan Kerugian Pertamina Tembus 11 Triliun
Dalam waktu dekat DPR akan memanggil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan jajaran direksi. Pemanggilan para bos perusahaan pelat merah ini untuk membahas kerugian Pertamina hingga tembus Rp 11 triliun selama semester pertama tahun 2020.
"Dalam Rapat Dengan Pendapat (RDP) minggu depan kami minta penjelasan bagaimana mereka mengantisipasi kinerjanya, termasuk apa saja yang menjadi daya dukung dan daya dorong agar kinerjanya pulih,” ujar Wakil Komisi VII DPR Eddy Soeparno, Rabu, 26 Agustus 2020.
Eddy yang merupakan Sekretaris Jenderal PAN ini menduga kerugian Pertamina tidak lain dari dampak sentimen negatif dari pandemi Covid-19 yang merontokkan seluruh persendian ekonomi Tanah Air. Oleh karena itu ia yakin Pertamina akan rebound dan mendapatkan keuntungan besar jika pemerintah mampu mengatasi pandemi Covid-19 secara baik.
<!--more-->
4. OJK Bantah Halangi Bumiputera Menjual Aset-aset untuk Lunasi Uang Nasabah
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK membantah menghalangi penjualan aset Asuransi Jiwa Bersama atau AJB Bumiputera 1912 untuk melunasi uang nasabahnya.
OJK beralasan penyelesaian masalah nasabah dilakukan komprehensif agar gagal bayar ke nasabah semuanya dilunasi.
“Bukan hanya nasabah yang sekarang jatuh tempo, tapi masih ada dua juta nasabah seperti tadi disampaikan,” kata Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank atau IKNB 2A OJK, Ahmad Nasrullah kepada wartawan di kawasan gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 25 Agustus 2020.
5. Konsumsi Turun Selama Pandemi, Faisal Basri: Orang Tak Pernah Beli Baju Baru
Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan pertumbuhan konsumsi masyarakat menurun drastis di masa pandemi Covid-19. "Orang tidak pernah beli baju baru lagi selama masa pandemi," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu, 26 Agustus 2020.
Bahkan, menurut Faisal Basri, alokasi anggaran untuk pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya, lebih rendah dari pengeluaran lain-lain. "(Kategori) Lain-lain kan biasanya lebih rendah."
Adapun laju pertumbuhan konsumsi pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya minus 4,23 persen di semester pertama 2020. Padahal pada 2015 hingga 2019 rata-rata pertumbuhan komponen tersebut mencapai 3,94 persen.