Ekonomi Ditarget 0,25 Persen, Kadin Ingatkan Penyaluran Stimulus Belum Optimal
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 21 Agustus 2020 17:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani mengatakan tercapai atau tidaknya pertumbuhan ekonomi positif pada akhir tahun ini bergantung kepada sejumlah program pemerintah. Misalnya, penyaluran stimulus pemulihan ekonomi, peningkatan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja dengara serta peningkatan daya saing nasional guna menggaet investasi.
"Bisa atau tidaknya tumbuh di nol persen atau bahkan positif di akhir tahun sangat tergantung pada effort pemerintah sendiri," ujar Shinta kepada Tempo, Jumat, 21 Agustus 2020. Untuk bisa tumbuh nol persen di akhir tahun, ia berujar Indonesia perlu tumbuh setidaknya 1,1 persen secara tahunan pada triwulan III dan triwulan IV 2020.
Karena itu, Shinta meminta pemerintah lebih fokus kepada pencairan stimulus-stimulus kepada masyarakat dan pelaku usaha yang membutuhkan, mempercepat penyerapan APBN, mempercepat reformasi iklim usaha dan investasi serta mengendalikan Covid-19 untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat untuk berbelanja kembali.
"Hingga pertengahan kuartal III ini pun pelaku usaha merasakan peningkatan konsumsi tidak cukup signifikan, stimulus-stimulus belum didistribusikan dengan maksimal dan realisasi belanja pemerintah juga masih rendah," ujar Shinta. Sehingga, tidak tertutup kemungkinan bahwa di triwulan III 2020, ekonomi Indonesia kita masih minus dan secara teknis disebut resesi.
Semakin lama stimulus, belanja penerintah dan perbaikan iklim usaha ditunda realisasinya, kata Shinta, proyeksi untuk ekonomi Indonesia tumbuh nol persen atau positif di akhir tahun akan semakin pesimistis. Apalagi perkembangan pengendalian covid di sisi kesehatan pun dinilai masih kurang baik, sehingga kepercayaan pasar untuk melakukan konsumsi dan investasi sulit meningkat.
<!--more-->
Sebaliknya, Shinta mengatakan apabila upaya-upaya tersebut dipercepat, maka peluang Indonesia untuk tumbuh minimum nol persen pada keseluruhan tahun 2020 pun menjadi target yang realistis.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan secara year to date pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir Desember 2020 sekitar 0,25 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai lebih baik dibandingkan negara lainnya.
"Karena year to date misal Inggris diproyeksikan minus 9,5 persen, Malaysia minus 3,2 persen, Thailand 5,7 persen, Amerika Serikat 5,1 persen dan Jerman 6,2 persen Sehingga tentu dalam situasi seperti itu, kita perlu optimistis," kata Airlangga dalam dialog bersama Tempo bertema Mengatasi Pandemi dan Mencegah Krisis Ekonomi, Kamis, 20 Agustus 2020.
Airlangga melanjutkan beberapa langkah sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi salah satunya dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
Pelonggaran PSBB itu, kata dia, pemerintah membuka 11 sektor yang dinilai bisa menjadi penahan turunnya perekonomian lebih dalam. Di samping itu pemerintah memberikan stimulus untuk meningkatkan daya beli masyarakat dengan bantuan langsung tunai. "Jadi kuncinya memang bantuan pada daya beli," ujarnya.
Stimulus itu akan dilanjutkan pada 2021. Seperti stimulus untuk kesehatan akan tetap ada menjadi Rp 25 triliun pada 2021. Sedangkan tahun ini, stimulus kesehatan adalah Rp 87,5 triliun. Stimulus di sektor UMKM di 2020 sebesar Rp 123 triliun, sedangkan di 2021 menjadi Rp 48,8 triliun.
Baca juga : Kadin Usul Stimulus Modal Kerja Rp 303,76 Triliun
CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI